Hasil Panen Padi MT Dua di Kudus Tak Turun, Ini Sebabnya
Vega Ma'arijil Ula
Jumat, 22 Juli 2022 16:38:52
MURIANEWS, Kudus – Sebagian besar petani padi di Kabupaten
Kudus telah melewati masa panen dan kini tengah memulai musim tanam (MT) ketiga. Namun hasil panen pada MT dua kemarin di Kudus dinilai tak maksimal.
Sub Koordinator Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Arin Nikmah mengatakan, penurunan hasil panen salah satunya terjadi di Desa Tenggeles, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Meski demikian dia menyebut kondisi ini tidak hanya terjadi di Desa Tenggeles saja. Melainkan di wilayah lain juga.
Pada MT dua tiap hektare sawah hanya mampu menghasilkan 5,5 ton padi. Padahal, target minimal kami hasil panen padi sebesar 6 ton per hektare.
”Dengan target minimal enam ton hektare. Tetapi hanya mampu menghasilkan 5,5 ton padi. Jadi, MT hasil panen di Kudus menurun," jelasnya kepada
Murianews.
Arin melanjutkan, di tahun 2021 lalu pihaknya menyebut masa tanam satu hektare lahan tanaman padi jenis inpari dapat menghasilkan tujuh hingga delapan ton. Akan tetapi di tahun ini menurutnya untuk mencapai target enam ton dirasa sulit.
”Dari situ dapat dilihat penurunan hasil panennya 0,5 ton per hektarenya. Bahkan lebih," sambungnya.
Baca: Kisah Penjual Suvenir Haji di Kudus, Sepuluh Ribu Boneka Unta Sempat Tak Laku
Baca: Kisah Penjual Suvenir Haji di Kudus, Sepuluh Ribu Boneka Unta Sempat Tak LakuArin menambahkan, penurunan hasil panen di Kudus disebabkan beragam faktor. Salah satunya karena La Lina. Dia berpendapat, saat ini seharusnya memasuki masa kemarau.”Tetapi karena adanya La Nina curah hujan masih tinggi. Situasi ini menyebabkan meningkatnya intensitas organisme pengganggu tanaman (OPT). Akibatnya hasil panen menjadi menurun," ujarnya.Lebih lanjut, dampak La Lina tidak hanya menurunkan hasil panen padi. Tetapi juga berimbas pada tanaman palawija.Di Kecamatan Undaan, menurutnya, di masa tanam ketiga, petani setempat menanam kacang hijau. Akan tetapi di tahun ini terkendala karena La Nina. Sebab, faktor intensitas hujan yang tinggi menyebabkan lahan persawahan tergenang air.”Petani sudah mencoba menyebar benih sebanyak dua sampai tiga kali. Tetapi, intensitas hujan yang tinggi, benih kacang hijau yang ditabur tidak tumbuh atau mati," imbuhnya. Reporter: Vega Ma'arijil UlaEditor: Ali Muntoha
[caption id="attachment_303778" align="alignleft" width="1280"]

Warga menggarap sawahnya beberapa waktu lalu. (Murianews/Vega Ma'arijil Ula)[/caption]
MURIANEWS, Kudus – Sebagian besar petani padi di Kabupaten
Kudus telah melewati masa panen dan kini tengah memulai musim tanam (MT) ketiga. Namun hasil panen pada MT dua kemarin di Kudus dinilai tak maksimal.
Sub Koordinator Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Arin Nikmah mengatakan, penurunan hasil panen salah satunya terjadi di Desa Tenggeles, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Meski demikian dia menyebut kondisi ini tidak hanya terjadi di Desa Tenggeles saja. Melainkan di wilayah lain juga.
Pada MT dua tiap hektare sawah hanya mampu menghasilkan 5,5 ton padi. Padahal, target minimal kami hasil panen padi sebesar 6 ton per hektare.
”Dengan target minimal enam ton hektare. Tetapi hanya mampu menghasilkan 5,5 ton padi. Jadi, MT hasil panen di Kudus menurun," jelasnya kepada
Murianews.
Arin melanjutkan, di tahun 2021 lalu pihaknya menyebut masa tanam satu hektare lahan tanaman padi jenis inpari dapat menghasilkan tujuh hingga delapan ton. Akan tetapi di tahun ini menurutnya untuk mencapai target enam ton dirasa sulit.
”Dari situ dapat dilihat penurunan hasil panennya 0,5 ton per hektarenya. Bahkan lebih," sambungnya.
Baca: Kisah Penjual Suvenir Haji di Kudus, Sepuluh Ribu Boneka Unta Sempat Tak Laku
Arin menambahkan, penurunan hasil panen di Kudus disebabkan beragam faktor. Salah satunya karena La Lina. Dia berpendapat, saat ini seharusnya memasuki masa kemarau.
”Tetapi karena adanya La Nina curah hujan masih tinggi. Situasi ini menyebabkan meningkatnya intensitas organisme pengganggu tanaman (OPT). Akibatnya hasil panen menjadi menurun," ujarnya.
Lebih lanjut, dampak La Lina tidak hanya menurunkan hasil panen padi. Tetapi juga berimbas pada tanaman palawija.
Di Kecamatan Undaan, menurutnya, di masa tanam ketiga, petani setempat menanam kacang hijau. Akan tetapi di tahun ini terkendala karena La Nina. Sebab, faktor intensitas hujan yang tinggi menyebabkan lahan persawahan tergenang air.
”Petani sudah mencoba menyebar benih sebanyak dua sampai tiga kali. Tetapi, intensitas hujan yang tinggi, benih kacang hijau yang ditabur tidak tumbuh atau mati," imbuhnya.
Reporter: Vega Ma'arijil Ula
Editor: Ali Muntoha