– Keberadaan angkutan kota (angkot) ataupun angkutan perdesan (angkudes) di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, kian hari semakin sepi peminat. Bahkan jumlah trayek yang ada pun terus menyusut.
Ketua Dewan Pimpinan Cabang Organda Kabupaten Kudus, Mahmudun mengakui jika kondisi angkot di Kudus saat ini memang memperihatinkan. Pasalnya, masyarakat sudah jarang yang menggunakan jasa transportasi tersebut.
”Kondisi angkutan memang ironis karena saat ini kalah dengan ojol (ojek online, red). Selain itu kendaraan pribadi juga sudah marak dengan banyaknya DP nol persen. Anak-anak sekolah sekarang juga pakainya sepeda motor," katanya, Kamis (8/9/2022).
Mahmudun menjelaskan, pada tahun 2016 di Kabupaten Kudus memiliki 22 trayek angkutan. Bahkan saat itu ada 560 unit angkot dan angkudes yang beroperasi.
”Sekarang paling hanya tersisa 11 trayek angkutan. Untuk jumlah unit angkutannya juga tersisa sekitar 200 an unit saja," sambungnya.
Saat ini trayek yang masih diminati pun hanya beberapa saja. Di antaranya angkutan bewarna kuning cokelat dengan trayek area Dawe, angkutan bewarna hijau dengan trayek Pasar Bareng Jekulo, dan angkutan bewarna ungu dengan trayek area Jetak.”Angkutan trayek Dawe pada 2016 itu ada sekitar 90 unit. Sekarang jadi 60 unit. Trayek Pasar Bareng Jekulo itu di 2016 ada 100 unit. Sekarang hanya ada sekitar 60 unit," ujarnya.
Menurutnya, trayek Dawe masih diminati karena masih ada animo dari peziarah. Sedangkan trayek area Pasar Bareng Jekulo masih diminati karena masih ada pedagang yang bolak-balik dari Pasar Bareng Jekulo ke Pasar Kliwon.”Harapan kami ada perhatian dari Pemkab Kudus. Selain itu saya menilai perlu ada peremajaan angkutan. Karena penumpang juga terkadang malas kalau naik angkutan yang kondisi fisiknya kurang bagus," imbuhnya. Reporter: Vega Ma'arijil UlaEditor: Ali Muntoha
[caption id="attachment_314852" align="alignleft" width="1280"]

Sopir angkot di Kudus menunggu penumpang. (Murianews/Vega Ma'arijil Ula)[/caption]
MURIANEWS, Kudus – Keberadaan angkutan kota (angkot) ataupun angkutan perdesan (angkudes) di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, kian hari semakin sepi peminat. Bahkan jumlah trayek yang ada pun terus menyusut.
Ketua Dewan Pimpinan Cabang Organda Kabupaten Kudus, Mahmudun mengakui jika kondisi angkot di Kudus saat ini memang memperihatinkan. Pasalnya, masyarakat sudah jarang yang menggunakan jasa transportasi tersebut.
”Kondisi angkutan memang ironis karena saat ini kalah dengan ojol (ojek online, red). Selain itu kendaraan pribadi juga sudah marak dengan banyaknya DP nol persen. Anak-anak sekolah sekarang juga pakainya sepeda motor," katanya, Kamis (8/9/2022).
Baca:BBM Naik, Sopir Angkot di Kudus Merasa Sudah Jatuh Ketiban Tangga
Mahmudun menjelaskan, pada tahun 2016 di Kabupaten Kudus memiliki 22 trayek angkutan. Bahkan saat itu ada 560 unit angkot dan angkudes yang beroperasi.
”Sekarang paling hanya tersisa 11 trayek angkutan. Untuk jumlah unit angkutannya juga tersisa sekitar 200 an unit saja," sambungnya.
Baca: Sopir Angkot di Kudus Minta Dapat Jatah BLT BBM
Saat ini trayek yang masih diminati pun hanya beberapa saja. Di antaranya angkutan bewarna kuning cokelat dengan trayek area Dawe, angkutan bewarna hijau dengan trayek Pasar Bareng Jekulo, dan angkutan bewarna ungu dengan trayek area Jetak.
”Angkutan trayek Dawe pada 2016 itu ada sekitar 90 unit. Sekarang jadi 60 unit. Trayek Pasar Bareng Jekulo itu di 2016 ada 100 unit. Sekarang hanya ada sekitar 60 unit," ujarnya.
Baca: Organda Kudus Sepakat Tarif Angkutan Dinaikkan
Menurutnya, trayek Dawe masih diminati karena masih ada animo dari peziarah. Sedangkan trayek area Pasar Bareng Jekulo masih diminati karena masih ada pedagang yang bolak-balik dari Pasar Bareng Jekulo ke Pasar Kliwon.
”Harapan kami ada perhatian dari Pemkab Kudus. Selain itu saya menilai perlu ada peremajaan angkutan. Karena penumpang juga terkadang malas kalau naik angkutan yang kondisi fisiknya kurang bagus," imbuhnya.
Reporter: Vega Ma'arijil Ula
Editor: Ali Muntoha