Kasus DBD Tahun Ini Melonjak Tajam Dibandingkan 2021
Vega Ma'arijil Ula
Rabu, 12 Oktober 2022 13:38:24
MURIANEWS, Kudus – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah tahun ini meningkat drastis. Peningkatannya mencapai 100 persen lebih dibandingkan dengan tahun 2021 lalu.
Di sepanjang tahun 2021 lalu terdapat 175 kasus demam berdarah. Tiga di antaranya meninggal dunia.
Sedangkan di tahun ini tercatat sudah ada 386 kasus. Jumlah tersebut terhitung sejak Januari 2022 sampai Agustus 2022. Enam kasus di antaranya meninggal dunia.
”Ada peningkatan karena saat ini memasuki musim pancaroba juga. Tahun lalu ada 175 kasus, sedangkan di tahun ini sudah ada 386 kasus hingga Agustus," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Kudus Darsono, Rabu (12/10/2022).
Baca: DBD Telah Serang Ratusan Warga Kudus, Enam MeninggalMenurut Darsono ada kemungkinan kasus DBD di tahun ini bertambah. Terlebih saat ini sudah memasuki musim hujan yang biasanya diikuti dengan banyaknya genangan air sebagai tempat favorit nyamuk berkembang biak.
”Kemungkinan masih dapat bertambah (kasus DBD, red). Tetapi Semoga saja tidak ada. Maka dari itu harus meningkatkan pencegahan 3M plus itu," sambungnya
”Kemungkinan masih dapat bertambah (kasus DBD, red). Tetapi Semoga saja tidak ada. Maka dari itu harus meningkatkan pencegahan 3M plus itu," sambungnyaPencegahan 3M plus yang dimaksud oleh Darsono itu meliputi menguras, menutup, dan mengubur. Kemudian untuk plusnya dilakukan dengan memberi abate di bak kamar mandi.
Baca: Korban Meninggal Akibat DBD di Kudus Didominasi Anak-AnakLebih lanjut, Darsono juga meminta masyarakat agar tanggap apabila ada keluarga atau rekan yang mengalami panas berkepanjangan selama tiga hingga tujuh hari. Panas berkepanjangan itu merupakan gejala dari DBD.”Ketika ada yang sakit panas segera dibawa ke fasilitas kesehatan untuk diperiksa. Saat ini Puskesmas di Kudus juga sudah tersedia alat
reagen rapid test dengue untuk memeriksa gejala demam berdarah pada seseorang," imbuhnya. Reporter: Vega Ma'arijil UlaEditor: Ali Muntoha
[caption id="attachment_324061" align="alignleft" width="1280"]

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Kudus, Darsono. (Murianews/Vega Ma'arijil Ula)[/caption]
MURIANEWS, Kudus – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah tahun ini meningkat drastis. Peningkatannya mencapai 100 persen lebih dibandingkan dengan tahun 2021 lalu.
Di sepanjang tahun 2021 lalu terdapat 175 kasus demam berdarah. Tiga di antaranya meninggal dunia.
Sedangkan di tahun ini tercatat sudah ada 386 kasus. Jumlah tersebut terhitung sejak Januari 2022 sampai Agustus 2022. Enam kasus di antaranya meninggal dunia.
”Ada peningkatan karena saat ini memasuki musim pancaroba juga. Tahun lalu ada 175 kasus, sedangkan di tahun ini sudah ada 386 kasus hingga Agustus," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Kudus Darsono, Rabu (12/10/2022).
Baca: DBD Telah Serang Ratusan Warga Kudus, Enam Meninggal
Menurut Darsono ada kemungkinan kasus DBD di tahun ini bertambah. Terlebih saat ini sudah memasuki musim hujan yang biasanya diikuti dengan banyaknya genangan air sebagai tempat favorit nyamuk berkembang biak.
”Kemungkinan masih dapat bertambah (kasus DBD, red). Tetapi Semoga saja tidak ada. Maka dari itu harus meningkatkan pencegahan 3M plus itu," sambungnya
Pencegahan 3M plus yang dimaksud oleh Darsono itu meliputi menguras, menutup, dan mengubur. Kemudian untuk plusnya dilakukan dengan memberi abate di bak kamar mandi.
Baca: Korban Meninggal Akibat DBD di Kudus Didominasi Anak-Anak
Lebih lanjut, Darsono juga meminta masyarakat agar tanggap apabila ada keluarga atau rekan yang mengalami panas berkepanjangan selama tiga hingga tujuh hari. Panas berkepanjangan itu merupakan gejala dari DBD.
”Ketika ada yang sakit panas segera dibawa ke fasilitas kesehatan untuk diperiksa. Saat ini Puskesmas di Kudus juga sudah tersedia alat
reagen rapid test dengue untuk memeriksa gejala demam berdarah pada seseorang," imbuhnya.
Reporter: Vega Ma'arijil Ula
Editor: Ali Muntoha