Sekum Muhammadiyah Bicara soal Keadaban untuk Peradaban di Menara Kudus

Vega Ma'arijil Ula
Rabu, 8 Februari 2023 23:16:48


Murianews, Kudus – Tema Keadaban untuk Peradaban menjadi tema perayaan Ta'sis Masjid Al-Aqsha Menara Kudus tahun ini. Keadaban untuk Peradaban ikut dibedah di acara Pasamuan Ta'sis pada Rabu (8/2/2023) malam.
Sekretaris Umum (Sekum) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof Dr Abdul Mu'ti menilai, peradaban dan keadaban dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Keadaban dapat dilihat dari cara seseorang makan maupun berbusana.
Dia menjelaskan, Menara Kudus merupakan simbol peradaban. Sebab, di Menara Kudus semua latar belakang budaya Indonesia bertemu.
”Menara Kudus merupakan seni klasik Sunan Kudus yang secara sengaja menggabungkan berbagai unsur dan nilai-nilai budaya Islam," ujarnya.
Baca: Pasamuan Ta'sis Masjid Menara Kudus Dihadiri Para Pemikir Islam
Menurutnya, kekuatan Wali Songo melakukan dakwah merupakan asimilasi hingga adopsi. Peradaban tersebut ditampilkan utuh sebagaimana mestinya.
”Ambil contoh beduk. Beduk mampu menampilkan kebudayaan Islam dalam bentuk budaya,” terangnya.
Di Jawa beduk tak lagi hanya berupa benda atau alat yang ditabuh. Melainkan sudah menunjukkan waktu.
Baca: Tok! Pedagang Sayur Malam Pasar Bitingan Kudus Tak Jadi Dipindah
Ketika orang menggunakan istilah ”ketemuan bar beduk”, hal itu dipahami sebagai bertemu setelah salat zuhur.
”Pasti ketika ada orang bilang ketemuan setelah beduk itu artinya bertemu setelah salat zuhur," ungkapnya.
Reporter: Vega Ma'arijil Ula
Editor: Ali Muntoha
Sekretaris Umum (Sekum) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof Dr Abdul Mu'ti menilai, peradaban dan keadaban dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Keadaban dapat dilihat dari cara seseorang makan maupun berbusana.
Dia menjelaskan, Menara Kudus merupakan simbol peradaban. Sebab, di Menara Kudus semua latar belakang budaya Indonesia bertemu.
”Menara Kudus merupakan seni klasik Sunan Kudus yang secara sengaja menggabungkan berbagai unsur dan nilai-nilai budaya Islam," ujarnya.
Baca: Pasamuan Ta'sis Masjid Menara Kudus Dihadiri Para Pemikir Islam
Menurutnya, kekuatan Wali Songo melakukan dakwah merupakan asimilasi hingga adopsi. Peradaban tersebut ditampilkan utuh sebagaimana mestinya.
”Ambil contoh beduk. Beduk mampu menampilkan kebudayaan Islam dalam bentuk budaya,” terangnya.
Di Jawa beduk tak lagi hanya berupa benda atau alat yang ditabuh. Melainkan sudah menunjukkan waktu.
Baca: Tok! Pedagang Sayur Malam Pasar Bitingan Kudus Tak Jadi Dipindah
Ketika orang menggunakan istilah ”ketemuan bar beduk”, hal itu dipahami sebagai bertemu setelah salat zuhur.
”Pasti ketika ada orang bilang ketemuan setelah beduk itu artinya bertemu setelah salat zuhur," ungkapnya.
Reporter: Vega Ma'arijil Ula
Editor: Ali Muntoha