Berdiri Sejak 1952, Ini Sejarah Percetakan Menara Kudus

Vega Ma'arijil Ula
Sabtu, 1 April 2023 10:31:12


Murianews, Kudus – Percetakan Menara Kudus, Jawa Tengah telah berdiri sejak tahun 1952. Sejak bediri puluhan 71 tahun lalu, Percetakan Menara Kudus konsisten mencetak mushaf Alquran dan kitab-kitab Islam lainnya.
Produk kitab Percetakan Menara Kudus menjadi kitab pegangan para santri di berbagai daerah di Indonesia. Dan juga diekspor ke sejumlah negara tetangga.
Percetakan Menara Kudus berlokasi di Jalan Besito, Desa Bakalan Krapyak, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Percetakan Menara Kudus kini diurus oleh generasi kedua.
Percetakan Menara Kudus didirikan pada tahun 1952 oleh Zainuri Noor. Hal itu sekaligus mengukuhkan Zainuri Noor sebagai generasi pertama.
Saat pertama didirikan percetakan ini tak langsung mencetak Alquran. Melainkan mencetak buku nikah, bungkus rokok dan cover buku.
Baca: Kitab Karya Ayah Gus Mus Laris di Percetakan Menara Kudus
Dulu lokasi Percetakan Menara Kudus berada di Dulunya, Percetakan Menara masih berlokasi di Jalan Menara Nomor 04, Kudus.
Zainuri Noor meninggal dunia pada tahun 1976. Percetakan Menara Kudus kemudian diurus oleh anak pertama bernama Hilman Najib. Hilman menjabat tahun 1976 hingga 2006.
Percetakan Menara Kudus baru mulai memproduisi Alquran sejak tahun 1960. Mushaf Alquran dan kitab yang dicetak menjadi pegangan para santri di Nusantara.
Baca: Melihat Kerja Korektor Mushaf Alquran di Percetakan Menara Kudus
Selanjutnya, di tahun 2006 hingga 2013, Percetakan Menara Kudus dinakhodai oleh putra ketujuh dari Zainuri Noor.
Berlanjut di tahun 2013, Percetakan Menara giliran dipimpin oleh putra kedelapan dari Zainuri Noor bernama Ahmad Fatoni hingga sekarang.
Ahmad Fatoni saat ini menjabat sebagai Direktur Utama Percetakan Menara Kudus. Dia merupakan anak ke delapan dari sepuluh bersaudara.
”Sudah berjalan dua generasi. Di Percetakan Menara Kudus ini kegiatan produksinya ada di Kudus. Cabangnya juga ada di Surabaya, Jakarta, dan Yogyakarta," katanya, Sabtu (1/4/2023).
Baca: Harus Tahu, Ini Cerita Awal Mula Percetakan Menara Kudus Produksi Alquran Ayat Pojok 5 Jilid
Fatoni menjelaskan, bisnis keluarga tersebut saat ini fokus pada pembuatan musaf Alquran dan kitab. Saat ini sudah ada 60 judul musaf dan 400-an judul kitab.
”Produksi kami bagi menjadi dua semester. Semester pertama di bulan Januari hingga Juni. Semester kedua kami laksanakan di bulan Juli hingga Desember," sambungnya.
Lebih lanjut, di bulan Januari hingga Juni biasanya pesanan musaf Alquran dan kitab berdatangan.
Dapat dikatakan di semester pertama inilah percetakan Menara Kudus memasuki masa panen pesanan mushaf Alquran dan pesanan kitab.
”Ketika sedang panen, dalam sebulan bisa mencetak sekitar 150 judul mushaf. Dengan rincian setiap bulan ada sebanyak 20 ribu sampai 50 ribu per produk judul mushaf Alquran," ujarnya.
Kemudian pada bulan Juli hingga Desember fokus pesanan di Percetakan Menara Kudus beralih ke pembuatan kalender. Di semester kedua ini biasanya pesanan mushaf mulai mengalami penurunan.
”Kalau orderan kitab masih ada pesanan bergantung pada momennya. Misalnya momen Isra Miraj atau momen lain yang membutuhkan kitab," imbuhnya.
Reporter: Vega Ma'arijil Ula
Editor: Ali Muntoha
Produk kitab Percetakan Menara Kudus menjadi kitab pegangan para santri di berbagai daerah di Indonesia. Dan juga diekspor ke sejumlah negara tetangga.
Percetakan Menara Kudus berlokasi di Jalan Besito, Desa Bakalan Krapyak, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Percetakan Menara Kudus kini diurus oleh generasi kedua.
Percetakan Menara Kudus didirikan pada tahun 1952 oleh Zainuri Noor. Hal itu sekaligus mengukuhkan Zainuri Noor sebagai generasi pertama.
Saat pertama didirikan percetakan ini tak langsung mencetak Alquran. Melainkan mencetak buku nikah, bungkus rokok dan cover buku.
Baca: Kitab Karya Ayah Gus Mus Laris di Percetakan Menara Kudus
Dulu lokasi Percetakan Menara Kudus berada di Dulunya, Percetakan Menara masih berlokasi di Jalan Menara Nomor 04, Kudus.
Zainuri Noor meninggal dunia pada tahun 1976. Percetakan Menara Kudus kemudian diurus oleh anak pertama bernama Hilman Najib. Hilman menjabat tahun 1976 hingga 2006.
Percetakan Menara Kudus baru mulai memproduisi Alquran sejak tahun 1960. Mushaf Alquran dan kitab yang dicetak menjadi pegangan para santri di Nusantara.
Baca: Melihat Kerja Korektor Mushaf Alquran di Percetakan Menara Kudus
Selanjutnya, di tahun 2006 hingga 2013, Percetakan Menara Kudus dinakhodai oleh putra ketujuh dari Zainuri Noor.
Berlanjut di tahun 2013, Percetakan Menara giliran dipimpin oleh putra kedelapan dari Zainuri Noor bernama Ahmad Fatoni hingga sekarang.
Ahmad Fatoni saat ini menjabat sebagai Direktur Utama Percetakan Menara Kudus. Dia merupakan anak ke delapan dari sepuluh bersaudara.
”Sudah berjalan dua generasi. Di Percetakan Menara Kudus ini kegiatan produksinya ada di Kudus. Cabangnya juga ada di Surabaya, Jakarta, dan Yogyakarta," katanya, Sabtu (1/4/2023).
Baca: Harus Tahu, Ini Cerita Awal Mula Percetakan Menara Kudus Produksi Alquran Ayat Pojok 5 Jilid
Fatoni menjelaskan, bisnis keluarga tersebut saat ini fokus pada pembuatan musaf Alquran dan kitab. Saat ini sudah ada 60 judul musaf dan 400-an judul kitab.
”Produksi kami bagi menjadi dua semester. Semester pertama di bulan Januari hingga Juni. Semester kedua kami laksanakan di bulan Juli hingga Desember," sambungnya.
Lebih lanjut, di bulan Januari hingga Juni biasanya pesanan musaf Alquran dan kitab berdatangan.
Dapat dikatakan di semester pertama inilah percetakan Menara Kudus memasuki masa panen pesanan mushaf Alquran dan pesanan kitab.
”Ketika sedang panen, dalam sebulan bisa mencetak sekitar 150 judul mushaf. Dengan rincian setiap bulan ada sebanyak 20 ribu sampai 50 ribu per produk judul mushaf Alquran," ujarnya.
Kemudian pada bulan Juli hingga Desember fokus pesanan di Percetakan Menara Kudus beralih ke pembuatan kalender. Di semester kedua ini biasanya pesanan mushaf mulai mengalami penurunan.
”Kalau orderan kitab masih ada pesanan bergantung pada momennya. Misalnya momen Isra Miraj atau momen lain yang membutuhkan kitab," imbuhnya.
Reporter: Vega Ma'arijil Ula
Editor: Ali Muntoha