Bersepeda Kian Ngetren Saat Pandemi, Tapi Gowes Berjajar Bikin Pengendara Lain Mangkel
Yuda Auliya Rahman
Kamis, 11 Juni 2020 14:51:45
Kondisi ini terjadi di beberapa daerah, termasuk di Kabupaten Kudus. Tiap pagi, sore bahkan malam hari pun banyak orang yang terlihat asyik gowes di jalanan. Mereka ada yang gowes sendirian, banyak juga yang berkelompok.
Bersepeda ini memang menjadi alternatif berolahraga di masa seperti ini. Namun tren yang baru menggeliat di tengah masyarakat ini kadang kala justru membuat pengendara lain tak nyaman.
Penyebabnya, para penghobi baru itu bersepeda tanpa aturan. Mereka gowes di jalan raya secara berjajar, sehingga memenuhi badan jalan.
Kondisi ini sangat membahayakan. Tak hanya untuk para pesepeda itu sendiri, tapi juga bagi pengguna jalan lainnya.
“Yang lebih membuat
mangkel (jengkel) itu mereka seolah tak memperhatikan pengendara lain. Asyik ngobrol, diklakson justru marah. Padahal kan bahaya itu,” ujar Febri, salah satu pengendara asal Kudus.
Tak hanya Febri saja yang geram, banyak yang lainnya. Mereka pun mencurahkannya melalui media sosial. Saat ini pun di medsos ramai tentang keluhan-keluhan ini.
Ulah oknum-oknum itu, secara tidak langsung menjadikan citra para goweser menjadi buruk. Padahal banyak para penghobi sepeda ini yang tertib dan paham etika saat berkendara di jalanan.
[caption id="attachment_189789" align="aligncenter" width="880"]

Tangkapan layar postingan tanggapan soal keluhan tingkah para goweser di jalanan. (MURIANEWS)[/caption]
Menanggapi hal tersebut, salah seorang goweser pun memberikan tanggapan juga di Facebook. Di salah satu satu grup FB Goweser Kudus, akun Deny WV menyebut, jika kritikan dari masyarakat itu hendaknya menjadi sarana untuk melakukan evaluasi diri.
"Sedulur-sedulur gowes saat ini kita semua dipandang negatif sama orang tertentu, yang katanya bersepeda memenuhi jalan atau
ngebaki dalan (memenuhi jalan). Mungkin itu saran dan kritik buat kita semua. Demi menjaga nama baik pecinta gowes mungkin bisa mengevaluasi diri kita masing-masing. Biar nama baik sedulur gowes kembali membaik," tulisnya pada Rabu (10/6/2020).
Postingan itu pun banyak mendapat komentar dan menyatakan dukungan dan setuju agar para goweser membenahi diri. Ada juga yang menyebut, jika hanya oknum-oknum tertentu yang bersepeda tanpa aturan, sehingga tidak boleh disamaratakan.
Postingan itu pun banyak mendapat komentar dan menyatakan dukungan dan setuju agar para goweser membenahi diri. Ada juga yang menyebut, jika hanya oknum-oknum tertentu yang bersepeda tanpa aturan, sehingga tidak boleh disamaratakan.Aghis Putra, salah satu pedagang di kawasan Menara Kudus menjadi salah satu orang yang kini gemar bersepeda.Ia mengakui, baru menyukai gowes saat berlangsungnya pandemi. Sebelumnya ia mengaku tak pernah sama sekali. Aghis mulai sering bersepeda karena dirasanya efektif untuk mempersehat diri."Sekarang saya setiap Minggu pagi selalu bersepeda dengan teman-teman. Bukan itu saja, dari rumah ke kios di Menara saya juga menggunakan sepeda. Selain agar sehat juga bisa mengurangi polusi," katanya saat ditemui Kamis (11/6/2020).Ia menyadari jika memang saat pandemi ini banyak warga Kudus yang tiba-tiba hobi bersepeda."Tiap malam banyak orang yang bersepeda melewati Menara Kudus. Bahkan ada yang sengaja berhenti di depan Menara untuk sengaja mengabadikan momen bersepeda di depan Menara," ucapnya.Berbeda dengan Budi, warga Desa Prambatan Lor, Kecamatan Kaliwungu, Kudus ini menyatakan jika ia hobi bersepeda memang sudah sejak lama. Menurutnya bersepeda untuk menjaga pola hidup sehat."Apalagi di tengah pandemi ini, bersepeda sangat penting untuk menjaga stamina, kebugaran tubuh, dan meningkatkan imun tubuh," ujarnya.Sementara terkait banyaknya para goweser yang ngonthel tanpa aturan saat di jalan raya, disebut memang salah."Kritikan bisa menjadi instropeksi diri masing-masing, agar tak melakukan hal yang sama seperti yang dianggapkan masyarakat," tandasnya. Reporter: Yuda Auliya RahmanEditor: Ali Muntoha
MURIANEWS, Kudus – Selama pandemi Covid-19, tiba-tiba banyak orang yang suka bersepeda. Alasannya, bersepeda menjadi sarana menghilangkan kejenuhan selama
work from home atau belajar dari rumah, sekaligus berolahraga agar badan tetap sehat.
Kondisi ini terjadi di beberapa daerah, termasuk di Kabupaten Kudus. Tiap pagi, sore bahkan malam hari pun banyak orang yang terlihat asyik gowes di jalanan. Mereka ada yang gowes sendirian, banyak juga yang berkelompok.
Bersepeda ini memang menjadi alternatif berolahraga di masa seperti ini. Namun tren yang baru menggeliat di tengah masyarakat ini kadang kala justru membuat pengendara lain tak nyaman.
Penyebabnya, para penghobi baru itu bersepeda tanpa aturan. Mereka gowes di jalan raya secara berjajar, sehingga memenuhi badan jalan.
Kondisi ini sangat membahayakan. Tak hanya untuk para pesepeda itu sendiri, tapi juga bagi pengguna jalan lainnya.
“Yang lebih membuat
mangkel (jengkel) itu mereka seolah tak memperhatikan pengendara lain. Asyik ngobrol, diklakson justru marah. Padahal kan bahaya itu,” ujar Febri, salah satu pengendara asal Kudus.
Tak hanya Febri saja yang geram, banyak yang lainnya. Mereka pun mencurahkannya melalui media sosial. Saat ini pun di medsos ramai tentang keluhan-keluhan ini.
Ulah oknum-oknum itu, secara tidak langsung menjadikan citra para goweser menjadi buruk. Padahal banyak para penghobi sepeda ini yang tertib dan paham etika saat berkendara di jalanan.
[caption id="attachment_189789" align="aligncenter" width="880"]

Tangkapan layar postingan tanggapan soal keluhan tingkah para goweser di jalanan. (MURIANEWS)[/caption]
Menanggapi hal tersebut, salah seorang goweser pun memberikan tanggapan juga di Facebook. Di salah satu satu grup FB Goweser Kudus, akun Deny WV menyebut, jika kritikan dari masyarakat itu hendaknya menjadi sarana untuk melakukan evaluasi diri.
"Sedulur-sedulur gowes saat ini kita semua dipandang negatif sama orang tertentu, yang katanya bersepeda memenuhi jalan atau
ngebaki dalan (memenuhi jalan). Mungkin itu saran dan kritik buat kita semua. Demi menjaga nama baik pecinta gowes mungkin bisa mengevaluasi diri kita masing-masing. Biar nama baik sedulur gowes kembali membaik," tulisnya pada Rabu (10/6/2020).
Postingan itu pun banyak mendapat komentar dan menyatakan dukungan dan setuju agar para goweser membenahi diri. Ada juga yang menyebut, jika hanya oknum-oknum tertentu yang bersepeda tanpa aturan, sehingga tidak boleh disamaratakan.
Aghis Putra, salah satu pedagang di kawasan Menara Kudus menjadi salah satu orang yang kini gemar bersepeda.
Ia mengakui, baru menyukai gowes saat berlangsungnya pandemi. Sebelumnya ia mengaku tak pernah sama sekali. Aghis mulai sering bersepeda karena dirasanya efektif untuk mempersehat diri.
"Sekarang saya setiap Minggu pagi selalu bersepeda dengan teman-teman. Bukan itu saja, dari rumah ke kios di Menara saya juga menggunakan sepeda. Selain agar sehat juga bisa mengurangi polusi," katanya saat ditemui Kamis (11/6/2020).
Ia menyadari jika memang saat pandemi ini banyak warga Kudus yang tiba-tiba hobi bersepeda."Tiap malam banyak orang yang bersepeda melewati Menara Kudus. Bahkan ada yang sengaja berhenti di depan Menara untuk sengaja mengabadikan momen bersepeda di depan Menara," ucapnya.
Berbeda dengan Budi, warga Desa Prambatan Lor, Kecamatan Kaliwungu, Kudus ini menyatakan jika ia hobi bersepeda memang sudah sejak lama. Menurutnya bersepeda untuk menjaga pola hidup sehat.
"Apalagi di tengah pandemi ini, bersepeda sangat penting untuk menjaga stamina, kebugaran tubuh, dan meningkatkan imun tubuh," ujarnya.
Sementara terkait banyaknya para goweser yang ngonthel tanpa aturan saat di jalan raya, disebut memang salah.
"Kritikan bisa menjadi instropeksi diri masing-masing, agar tak melakukan hal yang sama seperti yang dianggapkan masyarakat," tandasnya.
Reporter: Yuda Auliya Rahman
Editor: Ali Muntoha