Rabu, 19 November 2025


Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) DKK Kudus Nuryanto mengatakan, kebanyakan yang meninggal karena terlambat mendapatkan penanganan dan perawatan. Jadi kondisi pasien memang sudah cukup parah saat mendapat penanganan medis.

"Maka dari itu di tahun 2021 mendatang, akan kami usulkan pengadaan alat rapid test NS1 IgG/IgM untuk DBD. Agar bisa mendeteksi secara cepat jika ada yang punya gejala mengarah ke DBD," katanya, Kamis (16/7/2020).

Ia menyatakan untuk akurasi alat rapid DBD bisa mencapai 94 hingga 98 persen. Nantinya alat tersebut, bisa digunakan untuk deteksi dini saat ada pasien yang bergejala DBD, dan setelah positif akan bisa langsung ditangani.

Ia merinci, untuk empat kasus meninggal hingga triwulan kedua ini,  yakni masing-masing satu pasien di bulan Maret dan Mei, serta dua pasien meninggal di bulan Juni 2020.

"Pada umumnya kasus meninggal DBD pada anak yang berusia 15 tahun ke bawah. Yang diatas usia itu kebanyakan sembuh," ujarnya.
"Pada umumnya kasus meninggal DBD pada anak yang berusia 15 tahun ke bawah. Yang diatas usia itu kebanyakan sembuh," ujarnya.Meski demikian, jumlah tersebut menurun dibanding tahun lalu yang mencapai 16 kasus DBD meninggal dari 162 kasus DBD yang ada di Kabupaten Kudus."Di tahun 2019 kemarin dari jumlah kasus tersebut. Hampir keselurahan terjadi di triwulan pertama hingga triwulan kedua saat musim hujan kemarin," tandasnya. Reporter: Yuda Auliya RahmanEditor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar

Terpopuler