Sempat Terdampak Pandemi, Usaha Kerajinan Tas Penyandang Disabilitas di Kudus Ini Mulai Bergeliat
Yuda Auliya Rahman
Rabu, 25 November 2020 18:38:12
Ia mengasah kreatifitasnya di usaha produksi kerajinan berbagai macam tas, untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
Terlebih, saat pandemi menerjang sempat membuat usaha Saad mati suri selama kurang lebih dua bulan. Namun, hal itu juga tak menyurutkan semangatnya untuk mencari inovasi dan cara baru untuk membuat usaha kerajinan tas miliknya bangkit kembali.
“Usaha ini saya rintis sejak tahun 2015. Di awal pandemi kemarin usaha saya sempat off tidak ada pembeli ataupun pesanan sekitar dua sampai tiga bulan. Kalau sebelum pandemi itu banyak yang beli tas sekolah, banyak juga pesanan tas souvenir, hingga pesanan tas untuk intansi,” katanya, Rabu (25/11/2020).
[caption id="attachment_201233" align="aligncenter" width="880"]

Ahmad Saad (40) tengah memproduksi kerajinan tas. (MURIANEWS/Yuda Auliya Rahman)[/caption]
Kondisi tersebut, tak membuat dirinya menyerah dan tetap memutar otak membuat inovasi baru agar produk tas yang dibuatnya kembali bergeliat.
Mulai dari pemasaran melalui marketplace Facebook, mencari reseller, hingga membuat produk baru yang bisa memikat pembeli.
“Pandemi itu banyak orang di rumah, banyak juga yang jadi suka memancing. Setelah itu saya buat produk baru tas pancing dan juga tas gunung yang sekarang ini bisa mendongkrak lagi usaha saya. Dan pemasaran ini saya fokuskan ke marketplace facebook, kadang kirim paket kadang juga COD,” ungkapnya.
Saat melakukan COD dengan pelanggan ataupun mengantar paket ke ekspedisi, ia menggunakan kendaraan bebek yang sudah dimodifikasi menjadi roda tiga dan menggunakan dua kruk untuk membantunya berjalan.
Saat melakukan COD dengan pelanggan ataupun mengantar paket ke ekspedisi, ia menggunakan kendaraan bebek yang sudah dimodifikasi menjadi roda tiga dan menggunakan dua kruk untuk membantunya berjalan.“Ya memang seperti ini, mulai beli bahan, COD sampai antar paket saya pakainya itu (motor modifikasi dan dua buah kruk). Tapi itu tidak jadi masalah dan bukan lagi suatu hambatan untuk mencari nafkah buat keluarga,” ucapnya.Dengan inovasi baru yang dibuatnya itu, kini ia bisa bangkit dan membuat usaha kerajinan tas miliknya kembali bergeliat, meski belum 100 persen pulih.“Kalau dulu itu satu bulan bisa sembilan hingga sepuluh dus, sekarang ini sudah mulai merangkak lagi. Satu bulannya saya bisa jual empat hingga lima dus. Meski beda banyaknya, tapi kalau diuangkan hasilnya kurang lebih sama sebab dulu pesanan partai harganya bisa miring, kalau satuan harganya beda. Jadi ya kurang lebih sama,” jelasnya.Ia juga merincikan, beberapa produk tas yang dibuatnya mulai dari tas souvenir, tas waistbag, tas fashion wanita, tas selempang, tas sekolah, tas laptop, tas pancing, hingga tas gunung. Bahkan ia juga bersedia membuatkan tas sesuai request pembeli.“Kalau harganya paling murah Rp 10 ribu sampai Rp 150 ribu. Bisa juga custom tas sesuai permintaan pembeli, untuk harganya menyesuaikan model kerumitan dan juga bahan tas yang diminta,” tandasnya. Reporter: Yuda Auliya RahmanEditor: Ali Muntoha
MURIANEWS, Kudus – Meski dengan keterbatasan fisik, tak meredupkan semangat Ahmad Saad (40) warga Desa Kesambi, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus untuk tetap mencari pundi-pundi rupiah.
Ia mengasah kreatifitasnya di usaha produksi kerajinan berbagai macam tas, untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
Terlebih, saat pandemi menerjang sempat membuat usaha Saad mati suri selama kurang lebih dua bulan. Namun, hal itu juga tak menyurutkan semangatnya untuk mencari inovasi dan cara baru untuk membuat usaha kerajinan tas miliknya bangkit kembali.
“Usaha ini saya rintis sejak tahun 2015. Di awal pandemi kemarin usaha saya sempat off tidak ada pembeli ataupun pesanan sekitar dua sampai tiga bulan. Kalau sebelum pandemi itu banyak yang beli tas sekolah, banyak juga pesanan tas souvenir, hingga pesanan tas untuk intansi,” katanya, Rabu (25/11/2020).
[caption id="attachment_201233" align="aligncenter" width="880"]

Ahmad Saad (40) tengah memproduksi kerajinan tas. (MURIANEWS/Yuda Auliya Rahman)[/caption]
Kondisi tersebut, tak membuat dirinya menyerah dan tetap memutar otak membuat inovasi baru agar produk tas yang dibuatnya kembali bergeliat.
Mulai dari pemasaran melalui marketplace Facebook, mencari reseller, hingga membuat produk baru yang bisa memikat pembeli.
“Pandemi itu banyak orang di rumah, banyak juga yang jadi suka memancing. Setelah itu saya buat produk baru tas pancing dan juga tas gunung yang sekarang ini bisa mendongkrak lagi usaha saya. Dan pemasaran ini saya fokuskan ke marketplace facebook, kadang kirim paket kadang juga COD,” ungkapnya.
Saat melakukan COD dengan pelanggan ataupun mengantar paket ke ekspedisi, ia menggunakan kendaraan bebek yang sudah dimodifikasi menjadi roda tiga dan menggunakan dua kruk untuk membantunya berjalan.
“Ya memang seperti ini, mulai beli bahan, COD sampai antar paket saya pakainya itu (motor modifikasi dan dua buah kruk). Tapi itu tidak jadi masalah dan bukan lagi suatu hambatan untuk mencari nafkah buat keluarga,” ucapnya.
Dengan inovasi baru yang dibuatnya itu, kini ia bisa bangkit dan membuat usaha kerajinan tas miliknya kembali bergeliat, meski belum 100 persen pulih.
“Kalau dulu itu satu bulan bisa sembilan hingga sepuluh dus, sekarang ini sudah mulai merangkak lagi. Satu bulannya saya bisa jual empat hingga lima dus. Meski beda banyaknya, tapi kalau diuangkan hasilnya kurang lebih sama sebab dulu pesanan partai harganya bisa miring, kalau satuan harganya beda. Jadi ya kurang lebih sama,” jelasnya.
Ia juga merincikan, beberapa produk tas yang dibuatnya mulai dari tas souvenir, tas waistbag, tas fashion wanita, tas selempang, tas sekolah, tas laptop, tas pancing, hingga tas gunung. Bahkan ia juga bersedia membuatkan tas sesuai request pembeli.
“Kalau harganya paling murah Rp 10 ribu sampai Rp 150 ribu. Bisa juga custom tas sesuai permintaan pembeli, untuk harganya menyesuaikan model kerumitan dan juga bahan tas yang diminta,” tandasnya.
Reporter: Yuda Auliya Rahman
Editor: Ali Muntoha