Jumat, 21 November 2025


MURIANEWS, Kudus - Desa-desa di lereng Gunung Muria, seolah tak pernah kehilangan akal untuk memunculkan inovasi-inovasi kuliner khas yang mampu menarik wisatawan.

Salah satunya, Desa Kajar, Kecamatan Dawe, Kudus. Desa ini memiliki kuliner khas terbaru dengan memanfaatkan olahan bahan- bahan yang bisa didapatkannya dari lingkungan sekitar. Yakni getuk.

Yang terbaru, inovasi dilakukan dengan memadukan ketela dan alpukat, yang diberi nama getuk saus alpukat.

Getuk tersebut bisa dinikmati di Pondok Getuk Pak San, Desa Kajar RT 3 RW 2. Bahkan getuk saus alpukat tersebut sudah dilirik hingga ke Slovenia. Namun terkendala dengan cara pengiriman agar olahan tersebut tetap fresh.

Pendamping Desa Wisata Kudus atau konsultan pariwisata Donna Ekawati mengatakan, getuk saus alpukat mampu dilirk warga Indonesia yang berdomisili di Slovenia. Selain itu, menurutnya kuliner Indonesia banyak menjadi buruan warga di negara yang berbatasan dengan Italia itu.

Getuk saus alpukat rencananya akan dipamerkan ke festival kuliner di Slovenia. Namun pihaknya memiliki banyak pertimbangan, sebab kesulitan membawanya agar tetap fresh.

"Karena terkendala pengiriman, mereka selalu meminta resep ke kami. Tapi kan ini biar jadi khas di Kajar, jadi resepnya memang rahasia. Saat ada festival kuliner nanti kami harus membawanya dalam bentuk masih mentah agar tetap segar saat disajikan," katanya, Jumat (29/1/2021).

[caption id="attachment_205760" align="alignleft" width="880"] Varian getuk saus alpukat yang menjadi salah satu kuliner khas Desa Kajar Kudus. (MURIANEWS/Yuda Auliya Rahman)[/caption]

Solusi lain, bisa menggunakan bahan baku yang ada di Slovenia. Namun harga yang lebih mahal dan jenis ketela yang berbeda dikhawatirkan bisa memengaruhi rasanya. "Kalau beli di sana itu harganya sudah euro, dan jenisnya juga sudah berbeda" ungkapnya.

Sementara Kamisan, Pemilik Pondok Getuk Pak San menceritakan, semenjak kurang lebih dua bulan yang lalu, pihaknya mulai meracik resep agar rasa getuk saus alpukat bisa terpadu dengan pas.

Pak San sapaan akrabnya,  memilih alpukat untuk bahan baku inovasi baru lantaran, bahan baku yang mudah didapatkan di daerahnya.

"Alpukat cukup mudah untuk didapatkan. Kami menggunakan alpukat mentega dan ketelanya dengan menggunakan ketela ketan," ujarnya.Ketela ketan, dipilih lantaran teksturya yang lebih empuk. Sehingga memberikan sensasi rasa yang berbeda saat diolah menjadi getuk."Perpaduan antara ketela ketan yang direbus dan saus alpukat harus dengan kadar air yang pas. Sehingga saat disajikan tidak menghilangkan rasa khas pada ketela itu sendiri," jelasnya.Saat disajikan, getuk saus alpukat juga dipadu dengan aneka topping glaze beraneka rasa. Dalam satu porsi tersaji dua bulatan getuk yang dilumuri dengan saus alpukat yang diracik dengan tanpa mengurangi rasa khas dari ketela itu sendiri."Toppingnya  bisa memilih dengan rasa cokelat, stroberi, taro, cappucino dan berankea macam rasa lain. Satu porsi itu harganya sangat murah Rp 5 ribu sudah bisa menikmati olahan ketela terbaru khas dari Desa Kajar," ucap Ketua Paguyuban Getuk Kajar itu.Menurutnya, animo pengunjung yang datang begitu baik menyambut adanya varian terbaru tersebut. Dalam sehari, pihaknya bisa menghabiskan sedikitnya bahan baku satu kuintal ketela ketan.Ke depan, pihaknya juga akan mensosialisasikan inovasi getuk saus alpukat kepada seluruh anggota yang ada di Paguyuban Getuk Kajar. Sehingga getuk saus alpukat nantinya akan menjadi kuliner khas yang ada di Desa Kajar.Sedangkan salah seorang pengunjung Pondok Getuk Pak San, Arif Rahman (31) menjelaskan, baru pertama kalinya menikmati getuk saus alpukat. Dirinya penasaran sebab ada olahan baru dengan bahan baku ketela yang cukup menggoda."Ternyata setelah coba rasanya enak. Seperti jus alpukat tapi rasa ketelanya masih terasa," katanya yang mencicipi kuliner itu bersama rombongan dari SMA 1 Jekulo. Reporter: Yuda Auliya RahmanEditor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar

Terpopuler