Dua Desa di Kudus Ini Paling Rawan Longsor
Yuda Auliya Rahman
Jumat, 1 Oktober 2021 16:23:06
MURIANEWS, Kudus – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kudus melakukan pemetaan terhadap wilayah rawan longsor. Hasilnya, ada dua desa di Kota Kretek yang paling rawan terkena bencana tanah longsor.
Dua des aini yakni Desa Menawan dan Rahtawu di Kecamatan Gebog, yang berada di lereng Pegunungan Muria.
"Intensitas hujan yang tinggi akan mengakibatkan dua desa tersebut yang paling rawan longsor. Bahkan dulu pernah dalam sehari longsor terjadi di lima titik di dua desa tersebut," kata Kepala BPBD
Kudus Budi Waluyo, Jumat (1/10/2021).
Ia menjelaskan, potensi longsor di Desa Rahtawu bisa terjadi di berbagai titik. Namun untuk Desa Menawan biasanya longsor sering terjadi di titik Dukuh Kambangan.
"Biasanya longsor di dua desa itu hingga menutup akses jalan. Karena memang akses jalan utama yang biasanya terkena dampak longsor," ucapnya.
Selain itu, ada juga desa-desa lain di Kecamatan Dawe yang juga berpotensi terjadi longsor. Seperti Desa Soco, Ternadi, Japan, Kuwukan, Puyoh, Colo, Dukuh Waringin, Cranggang dan Kajar.
Hanya saja, kerawanannya tidak setingga di dua desa di Kecamatan Gebog.
"Di Kecamatan Dawe biasanya hanya longsor-longsor kecil, bisa dibilang mungkin karena jenis kultur tanahnya yang berbeda (lebih kuat, red) dari pada yang di Kecamatan Gebog," jelasnya.
Baca: Sesar Kendeng Bikin Kudus Rawan Gempa 6,2 SRSementara Kasi Pengendalian Kebencanaan BPBD Kudus Wiyoto menjelaskan, pemasangan alat EWS (Early Warning System) akan dilakukan penambahan dan dipasang di Desa Rahtawu. Sementara, di Desa Menawan sendiri telah terpasang dua alat EWS.Alat tersebut, lanjut dia, akan berguna untuk pengamanan dan deteksi dini jika terjadi tanah longsor."Alat EWS ada pengukur curah hujan dan pergerakan tanah. Akan kami tambah satu di Semliro Rahtawu pekan depan, dan nantinya akan kami usahakan lagi penambahan alat itu untuk deteksi dini," pungkasnya. Reporter: Yuda Auliya RahmanEditor: Ali Muntoha
[caption id="attachment_182377" align="alignleft" width="1280"]

Warga dan relawan memecah batu yang longsor dan menutup jalan Desa Rahtawu, beberapa waktu lalu. (MURIANEWS/Istimewa)[/caption]
MURIANEWS, Kudus – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kudus melakukan pemetaan terhadap wilayah rawan longsor. Hasilnya, ada dua desa di Kota Kretek yang paling rawan terkena bencana tanah longsor.
Dua des aini yakni Desa Menawan dan Rahtawu di Kecamatan Gebog, yang berada di lereng Pegunungan Muria.
"Intensitas hujan yang tinggi akan mengakibatkan dua desa tersebut yang paling rawan longsor. Bahkan dulu pernah dalam sehari longsor terjadi di lima titik di dua desa tersebut," kata Kepala BPBD
Kudus Budi Waluyo, Jumat (1/10/2021).
Ia menjelaskan, potensi longsor di Desa Rahtawu bisa terjadi di berbagai titik. Namun untuk Desa Menawan biasanya longsor sering terjadi di titik Dukuh Kambangan.
"Biasanya longsor di dua desa itu hingga menutup akses jalan. Karena memang akses jalan utama yang biasanya terkena dampak longsor," ucapnya.
Selain itu, ada juga desa-desa lain di Kecamatan Dawe yang juga berpotensi terjadi longsor. Seperti Desa Soco, Ternadi, Japan, Kuwukan, Puyoh, Colo, Dukuh Waringin, Cranggang dan Kajar.
Hanya saja, kerawanannya tidak setingga di dua desa di Kecamatan Gebog.
"Di Kecamatan Dawe biasanya hanya longsor-longsor kecil, bisa dibilang mungkin karena jenis kultur tanahnya yang berbeda (lebih kuat, red) dari pada yang di Kecamatan Gebog," jelasnya.
Baca: Sesar Kendeng Bikin Kudus Rawan Gempa 6,2 SR
Sementara Kasi Pengendalian Kebencanaan BPBD Kudus Wiyoto menjelaskan, pemasangan alat EWS (Early Warning System) akan dilakukan penambahan dan dipasang di Desa Rahtawu. Sementara, di Desa Menawan sendiri telah terpasang dua alat EWS.
Alat tersebut, lanjut dia, akan berguna untuk pengamanan dan deteksi dini jika terjadi tanah longsor.
"Alat EWS ada pengukur curah hujan dan pergerakan tanah. Akan kami tambah satu di Semliro Rahtawu pekan depan, dan nantinya akan kami usahakan lagi penambahan alat itu untuk deteksi dini," pungkasnya.
Reporter: Yuda Auliya Rahman
Editor: Ali Muntoha