Guguran Bunga Kuning Ini Bikin Kudus Seperti Eropa
Yuda Auliya Rahman
Selasa, 2 November 2021 14:22:26
MURIANEWS, Kudus - Pemandangan cukup menarik terlihat sepanjang ruas Jalan Lingkar Utara, turut Desa Peganjaran, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus. Bagaimana tidak, tepian kanan kiri sepanjang ruas jalan itu diselimuti warna kuning.
Kondisi ini seperti yang ada di negara-negara Eropa. Warna kuning tersebut berasalkan dari bunga angsana yang berguguran dari pohon penghijauan di sepanjang tepian jalan itu.
Kelopak bunga yang berbentuk seperti lonceng berdiameter sekitar 6 mm ini dengan mudah akan jatuh dari dahan setiap saat bila angin bertiup.
Tak jarang, bunga berwarna kuning itu berguguran tersapu ke bahu jalan oleh kendaraan yang melintas. Alhasil, bunga angsana itu menyulap bahu jalan semakin indah.
Hendy Hendro, dosen pertanian Universita Muria
Kudus (UMK) mengatakan, guguran bunga tersebut berasal dari bunga tanaman angsana yang memiliki nama ilmiah
Pterocarpus Indicus.
[caption id="attachment_250328" align="alignnone" width="1280"]

Pengendara melintas di samping guguran bunga angsana berwana kuning di Kudus. (MURIANEWS/Yuda Auliya Rahman)[/caption]
Tanaman angsana merupakan jenis tanaman penghijauan.
"Gugurnya bunga, saat musim bunga biasanya di musim kemarau sampai menjelang musim hujan. Angsana itu seperti tanaman akasia," kata Itu, Selasa (2/11/2021) .
Warna kuning pada bunga angsana yang berguguran, sambung dia, tidak akan bertahan lama. Cuaca panas akan membuat bunga tersebut menjadi kering."Kalau cepat panas itu bunga angsana cepat kering," ucapnya.
Baca: Cerita Wasit Asal Kudus Pimpin Laga EPA Pertama KalinyaSaat ini, sambung dia, tanaman angsana banyak digunakan sebagai tanaman tepi jalan. Pasalnya tanaman tersebut dinilai mampu menyerap polutan udara. "Tanaman itu mampu menyerap Pb, CO2 dan juga debu," ujarnya.Hanya saja, bunganya mudah sekali rontok pada musim berbunga, dinilai berbahaya untuk pemakai jalan pejalan kaki dan kendaraan bermotor. Di sisi lain akar kuat pada tanaman tersebut berpotensi merusak trotoar jika di tanam didaerah perkotaan."Jika terkena mata, serbuk sari pada bunga itu bisa mengganggu penglihatan mata, itu bisa mengganggu dalam perjalanan. Rantingnya juga mudah patah jika ada hujan angin. Sehingga baiknya itu ditanam di tanah lapang," ungkapnya. Reporter: Yuda Auliya RahmanEditor: Ali Muntoha
[caption id="attachment_250329" align="alignnone" width="2560"]

Bunga angsana yang berguguran di Jalan Lingkar Utara, Kudus. (MURIANEWS/Yuda Auliya Rahman)[/caption]
MURIANEWS, Kudus - Pemandangan cukup menarik terlihat sepanjang ruas Jalan Lingkar Utara, turut Desa Peganjaran, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus. Bagaimana tidak, tepian kanan kiri sepanjang ruas jalan itu diselimuti warna kuning.
Kondisi ini seperti yang ada di negara-negara Eropa. Warna kuning tersebut berasalkan dari bunga angsana yang berguguran dari pohon penghijauan di sepanjang tepian jalan itu.
Kelopak bunga yang berbentuk seperti lonceng berdiameter sekitar 6 mm ini dengan mudah akan jatuh dari dahan setiap saat bila angin bertiup.
Tak jarang, bunga berwarna kuning itu berguguran tersapu ke bahu jalan oleh kendaraan yang melintas. Alhasil, bunga angsana itu menyulap bahu jalan semakin indah.
Hendy Hendro, dosen pertanian Universita Muria
Kudus (UMK) mengatakan, guguran bunga tersebut berasal dari bunga tanaman angsana yang memiliki nama ilmiah
Pterocarpus Indicus.
[caption id="attachment_250328" align="alignnone" width="1280"]

Pengendara melintas di samping guguran bunga angsana berwana kuning di Kudus. (MURIANEWS/Yuda Auliya Rahman)[/caption]
Tanaman angsana merupakan jenis tanaman penghijauan.
"Gugurnya bunga, saat musim bunga biasanya di musim kemarau sampai menjelang musim hujan. Angsana itu seperti tanaman akasia," kata Itu, Selasa (2/11/2021) .
Warna kuning pada bunga angsana yang berguguran, sambung dia, tidak akan bertahan lama. Cuaca panas akan membuat bunga tersebut menjadi kering.
"Kalau cepat panas itu bunga angsana cepat kering," ucapnya.
Baca: Cerita Wasit Asal Kudus Pimpin Laga EPA Pertama Kalinya
Saat ini, sambung dia, tanaman angsana banyak digunakan sebagai tanaman tepi jalan. Pasalnya tanaman tersebut dinilai mampu menyerap polutan udara. "Tanaman itu mampu menyerap Pb, CO2 dan juga debu," ujarnya.
Hanya saja, bunganya mudah sekali rontok pada musim berbunga, dinilai berbahaya untuk pemakai jalan pejalan kaki dan kendaraan bermotor. Di sisi lain akar kuat pada tanaman tersebut berpotensi merusak trotoar jika di tanam didaerah perkotaan.
"Jika terkena mata, serbuk sari pada bunga itu bisa mengganggu penglihatan mata, itu bisa mengganggu dalam perjalanan. Rantingnya juga mudah patah jika ada hujan angin. Sehingga baiknya itu ditanam di tanah lapang," ungkapnya.
Reporter: Yuda Auliya Rahman
Editor: Ali Muntoha