Mahasiswa Luar Jawa Dikenalkan Gusjigang Khas Kudus
Yuda Auliya Rahman
Jumat, 10 Desember 2021 17:18:34
MURIANEWS, Kudus - Sebanyak 12 mahasiswa dari sembilan perguruan tinggi dari luar Jawa dikenalkan soal Gusjigang khas Kudus oleh Universitas Muria Kudus (UMK). Belasan mahasiswa tersebut merupakan pertukaran mahasiswa dalam program Modul Nusantara yang diprakarsai Kemendikbudristek.
Mereka berasal dari Universitas Nusa Cendana, Universitas Mulawarman, Universitas Udayana, Institut Teknologi Kalimantan, Univesitas Muhammadiyah Palangkaraya, Universitas Katolik Widya Mandiri, STKIP PGRI Banjarmasin, Universitas Cokoaminoto Polopo, dan Universitas Pendidikan Ganesha.
Dosen Pembimbing Modul Nusantara UMK, Syafiul Muzid mengatakan, tujuan program ini untuk memberikan pemahaman tentang kebhinekaan, wawasan kebangsaan dan cinta tanah air.
Untuk itu mereka diajarkan Gusjigang yang merupakan falsafah hidup masyarakat Kudus sebagai kearifan lokal dan ajaran dari Sunan Kudus.
Gusjigang merupakan akronim dari Bagus, Ngaji dan Dagang’.
Khusus mahasiswa yang ikut Modul Nusantara di UMK, belajar tentang Gusjigang. Ada empat kegiatan dalam Modul Nusantara, yakni kelas kebinekaan, inspirasi, refleksi dan kontribusi yang dilakukan secara hybrid, daring, dan luring,” katanya, Jumat (10/12/2021).
Baca: Tari Gusjigang, Gambaran Masyarakat Kudus dalam sebuah GerakanAwalnya, mereka diperkenalkan dengan Menara Kudus dan Klenteng. Kedua bangunan tersebut menunjukkan kebhinekaan dan toleransi di Kudus karena lokasinya berdekatan.
Kemudian mereka diberi pemahaman tentang ajaran Gusjigang dari Sunan Kudus, baik pembahasan sosok inpirasi, tempat, kebudayaan, hingga mengenal kuliner khas Kudus yang juga terdapat toleransi didalamnya."Seperti sate kerbau hingga soto kerbau, yang tidak menggunakan daging sapi karena menghormati pemelik agama Hindu yang ada di Kudus pada masa Sunan Kudus dulu. Kami kupas ’Gus’ atau Bagus budi pekerti , ’Ji’ atau mengaji atau belajar, dan ’Gang’ atau dagang akan kami kupas semua,” imbuhnya.Mereka juga diajak kepada ke tempat usaha Museum Jenang milik Muhammad Hilmy sebagai pengisi kelas inspirasi memperjualkan makanan khas Kudus yakni jenang dan sudah berjalan tiga generasi.”Kami juga mengajak ke Museum Gus Jigang dan juga Museum Kretek, banyak hal yang ditanyakan mahasiswa, karena memang 12 mahasiswa itu memiliki latar belakang budaya berbeda,” jelasnya.Salah satu mahasiswa dari STKIP PGRI Banjarmasin, Wulan Jeniardita mengaku senang bisa ikut program Modul Nusantara, karena dari sini banyak hal yang bisa diketahui, terutama tentang budaya.”Seperti saat kunjungan ke Museum Gusjigang, banyak hal yang saya pelajari, banyak hal yang menarik disana,” ungkap gadis asal Suku Dayak itu. Reporter: Yuda Auliya RahmanEditor: Ali Muntoha
[caption id="attachment_257800" align="alignleft" width="1280"]

Sejumlah mahasiswa tengah diperkenalkan dan belajar tentang Gusjigang. (MURIANEWS/Istimewa)[/caption]
MURIANEWS, Kudus - Sebanyak 12 mahasiswa dari sembilan perguruan tinggi dari luar Jawa dikenalkan soal Gusjigang khas Kudus oleh Universitas Muria Kudus (UMK). Belasan mahasiswa tersebut merupakan pertukaran mahasiswa dalam program Modul Nusantara yang diprakarsai Kemendikbudristek.
Mereka berasal dari Universitas Nusa Cendana, Universitas Mulawarman, Universitas Udayana, Institut Teknologi Kalimantan, Univesitas Muhammadiyah Palangkaraya, Universitas Katolik Widya Mandiri, STKIP PGRI Banjarmasin, Universitas Cokoaminoto Polopo, dan Universitas Pendidikan Ganesha.
Dosen Pembimbing Modul Nusantara UMK, Syafiul Muzid mengatakan, tujuan program ini untuk memberikan pemahaman tentang kebhinekaan, wawasan kebangsaan dan cinta tanah air.
Untuk itu mereka diajarkan Gusjigang yang merupakan falsafah hidup masyarakat Kudus sebagai kearifan lokal dan ajaran dari Sunan Kudus.
Gusjigang merupakan akronim dari Bagus, Ngaji dan Dagang’.
Khusus mahasiswa yang ikut Modul Nusantara di UMK, belajar tentang Gusjigang. Ada empat kegiatan dalam Modul Nusantara, yakni kelas kebinekaan, inspirasi, refleksi dan kontribusi yang dilakukan secara hybrid, daring, dan luring,” katanya, Jumat (10/12/2021).
Baca: Tari Gusjigang, Gambaran Masyarakat Kudus dalam sebuah Gerakan
Awalnya, mereka diperkenalkan dengan Menara Kudus dan Klenteng. Kedua bangunan tersebut menunjukkan kebhinekaan dan toleransi di Kudus karena lokasinya berdekatan.
Kemudian mereka diberi pemahaman tentang ajaran Gusjigang dari Sunan Kudus, baik pembahasan sosok inpirasi, tempat, kebudayaan, hingga mengenal kuliner khas Kudus yang juga terdapat toleransi didalamnya.
"Seperti sate kerbau hingga soto kerbau, yang tidak menggunakan daging sapi karena menghormati pemelik agama Hindu yang ada di Kudus pada masa Sunan Kudus dulu. Kami kupas ’Gus’ atau Bagus budi pekerti , ’Ji’ atau mengaji atau belajar, dan ’Gang’ atau dagang akan kami kupas semua,” imbuhnya.
Mereka juga diajak kepada ke tempat usaha Museum Jenang milik Muhammad Hilmy sebagai pengisi kelas inspirasi memperjualkan makanan khas Kudus yakni jenang dan sudah berjalan tiga generasi.
”Kami juga mengajak ke Museum Gus Jigang dan juga Museum Kretek, banyak hal yang ditanyakan mahasiswa, karena memang 12 mahasiswa itu memiliki latar belakang budaya berbeda,” jelasnya.
Salah satu mahasiswa dari STKIP PGRI Banjarmasin, Wulan Jeniardita mengaku senang bisa ikut program Modul Nusantara, karena dari sini banyak hal yang bisa diketahui, terutama tentang budaya.
”Seperti saat kunjungan ke Museum Gusjigang, banyak hal yang saya pelajari, banyak hal yang menarik disana,” ungkap gadis asal Suku Dayak itu.
Reporter: Yuda Auliya Rahman
Editor: Ali Muntoha