Rabu, 19 November 2025


MURIANEWS,KudusKabupaten Kudus memiliki beragam tradisi dan kental dengan akulutrasi budaya serta toleransi. Ada satu di antara beberapa tradisi yang unik di Kudus dan masih dilestarikan hingga kini.

Salah satu tradisi unik itu, yakni membuang ayam di Jembatan Kali Gelis oleh iring-iringan pengantin. Tradisi itu dilakukan iring-iringan pengantin saat menuju ke rumah mempelai perempuan untuk akad nikah.

Banyak yang percaya, prosesi tersebut bisa menghindarkan sepasang pengantin itu dari balak atau marabahaya yang dimungkinkan terjadi.

Tradisi iring-iringan membuang ayam di jembatan besar yang dilewati pengantin itu, hingga kini pun masih lestari di Kudus.

Bahkan, saat musim banyaknya orang menikah, terkadang ada seseorang yang sengaja menunggu di jembatan untuk mengambil ayam yang dibuang rombongan pengantin itu.

Sejarawan Kudus Sancaka Dwi Supani menceritakan, tradisi membuang ayam di jembatan itu telah berkembang sebelum masuknya Islam ke Kudus. Tradisi tersebut merupakan tradisi Jawa yang merupakan peninggalan nenek moyang terdahulu.

Tradisi nenek moyang jaman dahulu, sambung Supani, saat prosesi iring-iringan pengantin melalui sungai atau jembatan pasti membuat sesaji yang bernyawa.

Prosesi tersebut dilakukan dengan maksud sebagai rasa syukur kepada Tuhan dan berharap agar diberi keselamatan.

“Tradisi itu sudah berkembang di abad 14, sebelum Islam masuk atau masa kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dikenal dengan masa klasik,” katanya, Kamis (13/1/2022).

Baca juga: Mitos Orang Kudus Dilarang Nikahi Orang Pati, Ternyata Ini Awal Mulanya

“Intinya itu dipercaya untuk tolak balak dan ada juga maksud agar pasangan pengantin bisa dilancarkan kerjanya atau mencari rezeki. Kalau ayam itu diibaratkan kan bisa notol-notol,” lanjutnya.

Bahkan, menurutnya prosesi tradisi itu bukan hanya dilakukan ketika melalui Jembatan Kali Gelis saja. Melainkan, ada juga masyarakat yang mempercayai jika membuang ayam itu dilakukan di jembatan sungai 'besar' yang kala iring-iringan pengantin dilewati.“Prosesi itu bukan hanya dilakukan pengantin pria saja, terkadang mempelai wanita saat ngunduh mantu juga ada yang seperti itu. Saat melewati  jembatan sungai besar pertama, seperti Jembatan Kali Gelis, Jembatan Ploso, ataupun Jembatan Tanggulangin,” ungkapnya.Tradisi tersebut, lanjut dia, baiknya dimaknai dengan ungkapan yang baik saha. Dalam artian wujud syukur kepada tuhan dan mengambil hikmah yang baik didalamnya.Meski demikian, lanjut Supani, hal tersebut tidak harus dilakukan, tergantung dengan pemilik hajat yang kala itu mempercayai tradisi ataupun tidak.“Tradisi itu harus dimaknai yang baik saja. Bisa diartikan rasa syukur untuk buang sengkala (musibah, red), agar selamat dan wujud syukur kepada tuhan,” imbuhnya.Sementara, Pemerhati Sejarah Kudus, Moh Rosyid menyebut, tradisi buang ayam di jembatan oleh iring-iringan pengantin itu merupakan adat jawa. Tradisi tersebut memang dipercaya untuk menolak balak atau musibah.“Bisa dibilang untuk buang sengkala yakni, simbil penyakit yang dibuang agat sehat. Serta selamat dengan memindahkan penyakit pada hewan yang dibuang,” ujarnya.Namun menurutnya, memang sekarang ini perlu kehati-hatian dalam memaknai tradisi itu. Jika tradisi tersebut mengarah ke sinkretis atau kemusyrikan, sambung dia, maka harus diluruskan agar benar.“Karena banyak yang menafsirkannya itu beragam dan perlunya penjelasan lebih dalam tentang tradisi membuang ayam itu pada generasi milenial, agar maknanya itu bisa tepat tersanpaikan dan dipahami,” ucapnya. Reporter: Yuda Auliya RahmanEditor: Zulkifli Fahmi

Baca Juga

Komentar