Jumat, 21 November 2025


MURIANEWS, Kudus - Tradisi sedekah sewu sempol di Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, sudah berlangsung puluhan tahun. Dulunya, tradisi ini tak digelar di Punden Kramat Dukuh Masin.

Setiap warga yang menggelar tradisi untuk mendoakan arwah leluhur dan menyambut Ramadan itu hanya melakukan bancakan ayam ingkung di rumah masing-masing.

Hingga akhirnya setelah masa juru kunci punden kedua yakni Mbah Jamasri, menyepakati tradisi tersebut dilakukan di satu tempat di kompleks Punden Kramat Masin. Punden ini merupakan tempat pesarean terakhir Raden Ayu Dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku yang merupakan tokoh cikal bakal desa setempat.

Hal tersebut diungkapkan Ketua Pengurus Situs Punden Kramat Masin, Kanjeng Raden Harya Tumenggung (KRHT) H Sumartono Rekso Tanoyo (77).

"Tradisi yang dilaksanakan di kompleks punden mulai juru kunci yang kedua Mbah Jamasri," katanya, Kamis (24/3/2022).

Baca: Warga Berbondong-bondong Bawa Ayam Ingkung ke Punden Kramat di Kudus

Sebelum masa Juru Kunci Mbah Jamasri, acara sedekah kubur dengan satu ingkung ayam utuh awalnya dilakukan di rumah masing-masing warga. Biasanya, masyarakat mengundang tetangga sekitar untuk menggelar acara sedekah tersebut.

"Dengan berdoa dan membaca tahlil. Biasanya itu sangat lama satu dusun saja prosesi itu bergantian semalaman belum tentu bisa selesai," ucapnya.

Baca: Kisah Cinta Nawangsih dan Bagus Rinangku Pukau Ratusan Penonton FASBuK
Baca: Kisah Cinta Nawangsih dan Bagus Rinangku Pukau Ratusan Penonton FASBuKHingga akhirnya, Mbah Jamasri saat itu memiliki gagasan untuk menjadikan satu tradisi sedekah kubur di Makam Kramat Punden Masin. Gagasan tersebut pun disambut baik oleh masyarakat sekitar dan masih lestari hingga sekarang."Sekitar tahun 1958-1960-an itu mulai diadakan di satu tempat. Di tradisi ini ingkung yang dibawa warga hanya diambil satu pahanya saja, untuk di sedekahkan kembali. Setelah itu dikumpulkan dan menjadi seperti gunungan sempol (paha ayam, red) setelah itu makanya disebut tradisi seribu sempol," ucapnya.Baca: Ki Ageng Tarub, Leluhurnya Para Raja Tanah JawaUsai terkumpul, sambung dia, kemudian masyarakat bersama-sama melantunkan doa dan tahlil untuk mendoakan arwah leluhur yang sudah meninggal.Sebelum pandemi, tradisi tersebut dilakukan secara besar-besaran. Masyarakat berbondong-bondong secara bebarengan jalan mulai menuju Punden Kramat Masin untuk menyerahkan ingkung ayam untuk hajat dan sedekah tersebut."Waktunya juga ditentukan kalau bulan ruwah hari Kamis di pekan terakhir. Jika hari Kamisnya berdekatan dengan awal puasa ini bisa di musyawarahkan dan diajukan seperti hari ini, diajukan di Kamis Wage supaya tidak merepotkan," ucapnya. Reporter: Yuda Auliya RahmanEditor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar

Terpopuler