Abu Tholut, Mantan Napi Terorisme Asal Kudus Ajak Kelompok Radikal Tobat
Yuda Auliya Rahman
Kamis, 25 Agustus 2022 16:44:44
MURIANEWS, Kudus – Abu Tholut, mantan narapidana terorisme (napiter) asal Kabupaten
Kudus, Jawa Tengah, angkat suara soal kondisi radikalisme saat ini. Ia pun mengajak kelompok-kelompok radikal yang masih ada saat ini untuk segera tobat.
”Memang tidak akan bisa terlepas dari dosa. Tapi hendaknya bertaobatlah dengan paham-paham yang seperti itu," katanya, Kamis (25/8/2022).
Ia menilai paham radikalisme di Indonesia saat ini sudah menurun drastis, ketimbang beberapa tahun sebelumnya. Sejumlah paham radikalisme yang ada saat ini pun sudah sulit lagi untuk berkembang dan memengaruhi masyarakat dengan pemahaman yang menyimpang.
”Radikalisme pandangan saya saat ini sudah berbeda dengan beberapa dekade sebelumnya. Sudah banyak menurun. Terlihat seperti ISIS saat ini sudah tidak menyolok," ujarnya.
Penurunan penyebaran paham radikalisme tersebut, sambung dia, tidak terlepas dari masyarakat yang saat ini tidak mudah dipengaruhi dengan pemahaman baru yang masuk.
Kemudian kontribusi tokoh agama dan para penegak hukum di Indonesia yang turut menjadi benteng pemahaman radikal yang berupaya masuk.
”Karena radikalisme itu pemikiran yang mengatasnamakan agama. Kerja keras dan kontribusi tokoh agama (mencegah radikalisme, red) seperti kiai, ustaz harus kita hargai. Kontribusi kerja para penegak hukum juga berpengaruh," jelasnya.
Baca: Napi Terorisme dan Kasus Korupsi di Lapas Semarang Kebagian Jatah Remisi
Baca: Napi Terorisme dan Kasus Korupsi di Lapas Semarang Kebagian Jatah RemisiMeski demikian, pihaknya mewanti-wanti masyarakat di Indonesia untuk tetap berhati-hati dengan ancaman penyebaran paham radikalisme yang saat ini bukan hanya disebarkan melalui dunia nyata saja. Melainkan, dunia maya juga menjadi sasaran.Dari berbagai isu yang beredar, sambung dia, bisa juga ditunggangi dengan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.”Mari masyarakat konsen dengan fungsi masing-masing. Jangan sampai masyarakat terpengaruh pandangan yang sifatnya memanfaatkan kasus yang ada untuk urusan yang lebih mudharat seperti perpecahan bangsa dan sebagainya," ungkapnya.
Baca: Puluhan Mantan Napi Terorisme Ikut Upacara HUT RI Bareng GanjarAbu Tholud dikenal sebagai mantan pimpinan Jemaah Islamiah (JI). Ia ditangkap Densus 99 Antiteror Mabes Polri di Desa Bae, Kudus, pada Desember 2010 lalu hingga divonis penjara selama delapan tahun. Reporter: Yuda Auliya RahmanEditor: Ali Muntoha
[caption id="attachment_311101" align="alignleft" width="1280"]

Abu Tholut, mantan napi terorisme asal Kabupaten Kudus. (Murianews/Yuda Auliya Rahman)[/caption]
MURIANEWS, Kudus – Abu Tholut, mantan narapidana terorisme (napiter) asal Kabupaten
Kudus, Jawa Tengah, angkat suara soal kondisi radikalisme saat ini. Ia pun mengajak kelompok-kelompok radikal yang masih ada saat ini untuk segera tobat.
”Memang tidak akan bisa terlepas dari dosa. Tapi hendaknya bertaobatlah dengan paham-paham yang seperti itu," katanya, Kamis (25/8/2022).
Ia menilai paham radikalisme di Indonesia saat ini sudah menurun drastis, ketimbang beberapa tahun sebelumnya. Sejumlah paham radikalisme yang ada saat ini pun sudah sulit lagi untuk berkembang dan memengaruhi masyarakat dengan pemahaman yang menyimpang.
”Radikalisme pandangan saya saat ini sudah berbeda dengan beberapa dekade sebelumnya. Sudah banyak menurun. Terlihat seperti ISIS saat ini sudah tidak menyolok," ujarnya.
Penurunan penyebaran paham radikalisme tersebut, sambung dia, tidak terlepas dari masyarakat yang saat ini tidak mudah dipengaruhi dengan pemahaman baru yang masuk.
Kemudian kontribusi tokoh agama dan para penegak hukum di Indonesia yang turut menjadi benteng pemahaman radikal yang berupaya masuk.
”Karena radikalisme itu pemikiran yang mengatasnamakan agama. Kerja keras dan kontribusi tokoh agama (mencegah radikalisme, red) seperti kiai, ustaz harus kita hargai. Kontribusi kerja para penegak hukum juga berpengaruh," jelasnya.
Baca: Napi Terorisme dan Kasus Korupsi di Lapas Semarang Kebagian Jatah Remisi
Meski demikian, pihaknya mewanti-wanti masyarakat di Indonesia untuk tetap berhati-hati dengan ancaman penyebaran paham radikalisme yang saat ini bukan hanya disebarkan melalui dunia nyata saja. Melainkan, dunia maya juga menjadi sasaran.
Dari berbagai isu yang beredar, sambung dia, bisa juga ditunggangi dengan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
”Mari masyarakat konsen dengan fungsi masing-masing. Jangan sampai masyarakat terpengaruh pandangan yang sifatnya memanfaatkan kasus yang ada untuk urusan yang lebih mudharat seperti perpecahan bangsa dan sebagainya," ungkapnya.
Baca: Puluhan Mantan Napi Terorisme Ikut Upacara HUT RI Bareng Ganjar
Abu Tholud dikenal sebagai mantan pimpinan Jemaah Islamiah (JI). Ia ditangkap Densus 99 Antiteror Mabes Polri di Desa Bae, Kudus, pada Desember 2010 lalu hingga divonis penjara selama delapan tahun.
Reporter: Yuda Auliya Rahman
Editor: Ali Muntoha