Malam Siji Suro di Rahtawu Kudus dalam Pementasan Teater
Yuda Auliya Rahman
Senin, 27 Februari 2023 10:56:18
Berbagai hal tentang malam siji suro di Desa Rahtawu, Kecamatan Gebog, Kudus tergambarkan melalui pementasan yang digelar di Gedung Auditorium Universitas Muria Kudus, Sabtu (25/2/2023) malam.
Malam satu Suro, yakni adalah malam tanggal 1 Muharram tahun hijriyah. Biasanya menjadi momen yang cukup sakral bagi masyarakat Desa Rahtawu.
Pada pementasan tersebut, masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, orang tua, hingga sesepuh desa memperingati malam satu Suro dengan menyelenggarakan adat desa yang bertahun-tahun sudah berjalan.
Konflik juga muncul di tengah pementasan, menjadi sebuah pesan tersirat masyarakat untuk terus menjaga kearifan lokal yang ada. Pementasan teater ini diikuti oleh 30 personel lintas usia, dan berlangsung selama 2,5 jam.
Baca: Minimarket Modern Tak Boleh Berdiri di Rahtawu Kudus, Ini SebabnyaSutradara pentas Malam Siji Suro, Sugiarto mengatakan, naskah pementasan dikerjakan secara kolektif oleh anak-anak muda Rahtawu. Penyusunannya melalui saran pegiat literasi dan para sesepuh yang ada di Desa Rahtawu.
”Kami mencoba mengangkat kearifan lokal Desa Rahtawu sendiri tentang malam siji Suro," katanya.
Naskah yang dipentaskan, sambung dia, memang sangat kental dengan kebiasaan masyarakat Rahtawu. Dialog-dialog bahasa Jawa, perilaku masyarakat sehari-hari, anak-anak yang bermain, masyarakat yang masih percaya mitos ditampilkan dalam satu kemasan di atas panggung.
”Kami memang terbiasa menampilkan pementasan yang mudah diterima masyarakat Rahtawu. Kali ini kami mengangkat kearifan lokal, dengan kemasan baru yaitu tarian sesaji satu Suro di awal dan akhir pentas," terangnya.
Baca: Suka Duka Babinsa Rahtawu Kudus, Pulang Pagi Susah SinyalPihaknya juga melibatkan anak-anak asli Desaa Rahtawu untuk ikut bermain dan belajar di pementasan teater secara langsung.Dengan pementasan ini, pihaknya berharap ke depan masyarakat lebih mempunyai sikap dalam melihat tradisi dan kebudayaan di daerah masing-masing.Masyarakat perlu menjaga, menghormati dan melestarikan setiap kearifan lokal yang ada, dan mewariskannya kepada generasi penerus. Selain itu, dirinya juga berharap semakin banyak pelaku seni teater di Kudus yang mencoba mengangkat kearifan lokal sebagai naskah teater.”Harapannya teater menjadi salah satu media untuk belajar, berproses, belajar karakter, dan nilai-nilai lain yang tidak ditemukan di sekolah," pungkasnya. Reporter: Yuda Auliya RahmanEditor: Ali Muntoha
Murianews, Kudus – Teater Anak Kali Rahtawu (AKAR) Kudus menuangkan tradisi malam siji (satu) suro dalam sebuah pementasan teater.
Berbagai hal tentang malam siji suro di Desa Rahtawu, Kecamatan Gebog, Kudus tergambarkan melalui pementasan yang digelar di Gedung Auditorium Universitas Muria Kudus, Sabtu (25/2/2023) malam.
Malam satu Suro, yakni adalah malam tanggal 1 Muharram tahun hijriyah. Biasanya menjadi momen yang cukup sakral bagi masyarakat Desa Rahtawu.
Pada pementasan tersebut, masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, orang tua, hingga sesepuh desa memperingati malam satu Suro dengan menyelenggarakan adat desa yang bertahun-tahun sudah berjalan.
Konflik juga muncul di tengah pementasan, menjadi sebuah pesan tersirat masyarakat untuk terus menjaga kearifan lokal yang ada. Pementasan teater ini diikuti oleh 30 personel lintas usia, dan berlangsung selama 2,5 jam.
Baca: Minimarket Modern Tak Boleh Berdiri di Rahtawu Kudus, Ini Sebabnya
Sutradara pentas Malam Siji Suro, Sugiarto mengatakan, naskah pementasan dikerjakan secara kolektif oleh anak-anak muda Rahtawu. Penyusunannya melalui saran pegiat literasi dan para sesepuh yang ada di Desa Rahtawu.
”Kami mencoba mengangkat kearifan lokal Desa Rahtawu sendiri tentang malam siji Suro," katanya.
Naskah yang dipentaskan, sambung dia, memang sangat kental dengan kebiasaan masyarakat Rahtawu. Dialog-dialog bahasa Jawa, perilaku masyarakat sehari-hari, anak-anak yang bermain, masyarakat yang masih percaya mitos ditampilkan dalam satu kemasan di atas panggung.
”Kami memang terbiasa menampilkan pementasan yang mudah diterima masyarakat Rahtawu. Kali ini kami mengangkat kearifan lokal, dengan kemasan baru yaitu tarian sesaji satu Suro di awal dan akhir pentas," terangnya.
Baca: Suka Duka Babinsa Rahtawu Kudus, Pulang Pagi Susah Sinyal
Pihaknya juga melibatkan anak-anak asli Desaa Rahtawu untuk ikut bermain dan belajar di pementasan teater secara langsung.
Dengan pementasan ini, pihaknya berharap ke depan masyarakat lebih mempunyai sikap dalam melihat tradisi dan kebudayaan di daerah masing-masing.
Masyarakat perlu menjaga, menghormati dan melestarikan setiap kearifan lokal yang ada, dan mewariskannya kepada generasi penerus. Selain itu, dirinya juga berharap semakin banyak pelaku seni teater di Kudus yang mencoba mengangkat kearifan lokal sebagai naskah teater.
”Harapannya teater menjadi salah satu media untuk belajar, berproses, belajar karakter, dan nilai-nilai lain yang tidak ditemukan di sekolah," pungkasnya.
Reporter: Yuda Auliya Rahman
Editor: Ali Muntoha