Kamis, 20 November 2025


AGAMA Islam merupakan agama yang paling mudah menerima instrumen ilmiah berkaitan dengan realitas dunia, dibandingkan dengan agama-agama lain. Premis ini alasan utamanya terletak pada ciri Islam yang paling menonjol, yaitu sifatnya yang hadir sebagai panduan moral yang benar bagi tindakan manusia. Pandangan ini telah mendorong pemeluknya untuk percaya bahwa Islam mencakup cara hidup yang total.

Implementasinya dinyatakan dalam ajaran Islam, bahkan sebagian kalangan Islam melangkah lebih jauh dari itu; mereka menekankan bahwa Islam adalah sebuah totalitas yang padu dan menawarkan pemecahan terhadap semua masalah kehidupan manusia.

Tidak diragukan lagi, mereka percaya akan sifat Islam yang sempurna dan menyeluruh, sehingga menurut mereka, Islam meliputi din (agama), dunya (dunia), dan daulah (negara). Dalam konteks sekarang, dunia menyaksikan fenomena umat Islam yang ingin mendasarkan seluruh kerangka kehidupan politik, sosial, dan ekonomi pada ajaran Islam secara komprehensif.

Pandangan holistik terhadap Islam, sebagaimana diungkapkan di atas mempunyai beberapa implikasi. Salah satu di antaranya, pandangan itu telah mendorong lahirnya sebuah kecenderungan untuk memahami Islam dalam pengertiannya yang menyeluruh.



Kecenderungan seperti ini akan dapat dikembangkan dalam konteks empirik manakala Islam dipahami secara kontekstual. Ini berarti bahwa Islam yang empirik dan aktual, karena berbagai perbedaan dalam konteks sosial, ekonomi dan politik, akan dipahami sesuai konteksnya.

Para pemikir Islam (terlepas dari paradigma dan spektrum pemikiran mereka) berupaya untuk mengharmonikan antara tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan agama.
Tampaknya mereka ingin menganalisis dan membuktikan bahwa agama dan ilmu pengetahuan dalam Islam terkait secara simbiotik. Solusi yang mereka tawarkan atas masalah hubungan antara agama dan ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai upaya untuk memahami konsep integrasi.Integrasi ini pada dasarnya adalah untuk menyatukan hubungan antara Tuhan, manusia dan alam, serta dalam terapan teknisnya adalah mengintegrasikan antara ilmu agama dan ilmu umum. Hal ini mengarahkan pemikiran Islam pada komitmen dan orientasi pemikiran Islam yang melahirkan konsep kewajiban manusia untuk membangun masyarakat ideal, yang realisasinya mensyaratkan pembentukan institusi-institusi yang islami.Dari perspektif ini, integrasi mengidealkan tidak adanya pemisahan antara yang sakral dan yang profan, atau antara agama dan ilmu pengetahuan. Berbagai macam pemecahan masalah hubungan agama dan ilmu pengetahuan telah dikemukakan oleh para pemikir Islam di berbagai negara.Integrasi ini menimbulkan dua agenda besar dalam pemikiran Islam. Sekaligus agenda pemikiran Islam berkembang menjadi dua tema besar, yaitu: pertama, hubungan antara wahyu dan akal. Kedua, hubungan antara agama dan ilmu pengetahuan. Tentu saja, kedua hal tersebut tidak dapat terpisah satu sama lain, karena keduanya berhubungan sangat erat.Idealitas keilmuan Islam merupakan refleksi dari hubungan agama dan ilmu pengetahuan dalam Islam, di samping pada saat yang bersamaan, sebagai kesimpulan atas wahyu melalui penggunaan akal. (*) Editor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar