Rabu, 19 November 2025


MURIANEWS, Pati - Ngaji NgAllah Suluk Maleman pada Sabtu (15/10/2022) memasuki edisi ke 130. Dalam agenda itu, sejarah hidup Nabi Muhammad dijelaskan dalam momentum Maulid Nabi.

Anis Sholeh Ba’asyin pemantik kajian itu mencoba menceritakan perjalanan hidup Rasulullah secara runtut. Yakni, dari manusia biasa, diangkat jadi Nabi dan Rasul untuk menyebarkan Islam.

Di kesempatan itu, Anis mengatakan Nabi Muhammad menjadi satu-satunya Rasul yang perjalanan hidupnya terdokumentasi dengan baik.

”Mulai dari dalam kandungan, masa kanak-kanak, remaja hingga dewasa; mulai sebagai manusia biasa hingga akhirnya menjadi diangkat menjadi Nabi dan Rasul, dan bagaimana kehidupannya setelah diangkat sebagai Nabi dan Rasul. Itu semua tercatat dan bisa dipelajari sebagai role model atau teladan untuk diteladani,” terang Anis Sholeh Ba’asyin memantik diskusi.

Baca: Suluk Maleman: Interpretasi Pancasila dalam Nilai Keagamaan

Anis melanjutkan, keharusan adanya sosok untuk diteladani adalah fakta anthropologis dan sosiologis perkembangan manusia, baik sosial maupun individual.

”Dan Rasulullah, sebagai sosok yang disebut berakhlak mulia dalam Al Qur’an, adalah sebaik-baik teladan. Apalagi Rasulullah sendiri menyebut tujuan beliau diutus adalah untuk mengutamakan kemuliaan akhlak manusia,” imbuh Anis.

Dengan demikian, meneladani beliau adalah metode paling efektif untuk membentuk akhlak yang mulia. Meneladani Rasulullah adalah menjadikan beliau sebagai sumber inspirasi untuk diterapkan.

”Kalau kita mau menempatkan Rasulullah sebagai teladan kemuliaan akhlak, maka kita harus juga mempelajari bagaimana akhlak mulia Rasulullah itu terbentuk,” jelas Anis.

Diketahui, sejak dalam kandungan, Nabi Muhammad sudah bersentuhan dengan penderitaan, yakni kehilangan ayahnya. Itu pun berlanjut kehilangan ibunya hingga kakeknya, saat Nabi Muhammad lahir di dunia.

Realitas ini memaksa beliau mengenali diri sendiri. Dari sana, beliau menemukan sifat shidiq, sifat benar.
Realitas ini memaksa beliau mengenali diri sendiri. Dari sana, beliau menemukan sifat shidiq, sifat benar.”Salah satu manifestasi sikap shidiq ini adalah empatinya yang tinggi pada derita sesama manusia. Tak mengherankan bila di kemudian hari Al Qur’an menyifati beliau sebagai Rasul yang tak tegaan terhadap penderitaan manusia,” kata Anis.Pada fase dewasa, ujar Anis, Rasulullah mulai bersentuhan dengan dunia perdagangan. Dunia itu membuatnya bersentuhan dengan interaksi sosial dan mendorongnya untuk bersifat amanah.Amanah atau dapat dipercaya adalah kunci interaksi sosial. Tanpa sifat amanah, semua bentuk interaksi sosial pada akhirnya pasti porak poranda.”Hal seperti inilah itulah seharusnya diteladani oleh umat Islam sekarang. Sebaiknya juga bisa mulai diajarkan sejak kanak-kanak,” tambah Anis.Setelah menjadi Rasul, lebih banyak lagi keteladanan yang ditunjukkan. Beliau tak pernah putus asa dalam berdakwah, meskipun banyak tantangan dan ancaman yang dihadapi.”Saat Mekkah sudah tertutup, beliau pergi ke Thoif yang jaraknya sekitar 140 kilometer dengan hanya berbekal kurma dan air hanya agar bisa berdakwah. Sekalipun sesampainya di Thoif beliau dihina dan diusir, bahkan anak-anak disuruh melempari beliau dengan batu,” terangnya.Mesti dizalimi seperti itu, Nabi justru menunjukkan kemuliaan akhlaknya. Saat malaikat Jibril menawarkan diri untuk membinasakan penduduk Thoif, beliau menolaknya.”Ini menunjukkan betapa beliau tak pernah mengeluh dan putus asa. Dari sini kita diberi taladan, sebuntu apapun masalah yang dihadapi, tetaplah mencoba cari cara lain. Karena akan ada banyak pintu yang terbuka,” tambahnya. Penulis: Zulkifli FahmiEditor: Zulkifli Fahmi

Baca Juga

Komentar