Indahnya Toleransi di Kudus, Korban Banjir Nyaman Salat di Aula Gereja
Anggara Jiwandhana
Kamis, 5 Januari 2023 14:08:46
Banyak sendi kehidupan di sini perlahan mulai lumpuh. Macet di sejumlah ruas jalan, hingga aktivitas ekonomi yang terganggu karena genangan tak kunjung surut.
Warga yang rumahnya tergenang kemudian mulai mengungsi ke berbagai tempat yang layak dan aman.
Tak terkecuali rumah-rumah ibadah yang memang bisa ditinggali sementara oleh puluhan hingga ratusan jiwa. Masjid, gereja, hingga kelenteng yang memiliki bangunan aula, semua difungsikan untuk lokasi pengungsian.
Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI) Tanjungkarang di Desa Tanjungkarang Kecamatan Jati, Kudus, jadi salah satunya. Gereja itu kini hampir menampung sekitar 130-an jiwa.
Baca: Cerita Warga Kudus Bertahan di Tengah Banjir, Susah Cari Sarapan demi Jaga HartaTak memandang usia, tak memandang gender, dan tak memandang agama. Mereka ada di satu ruangan yang sama.
Hampir setiap hari pula, para pengungsi muslim salat bersama di aula gereja. Seolah menunjukkan bahwa beribadah adalah tentang niat dan ketulusannya, bukan tentang di mana atau harus bagaimana.
Satu dari sekian di antaranya adalah Noor Khayati. Wanita berusia 30-an tahun itu sudah hampir sepekan ini mengungsi bersama keluarganya.
Selama itu pula, dia menjalankan salat lima waktu di sana bersama keluarganya. Dia mengaku tak ada keraguan saat menjalankan ibadahya.
Selama itu pula, dia menjalankan salat lima waktu di sana bersama keluarganya. Dia mengaku tak ada keraguan saat menjalankan ibadahya.”Ya mau ibadah di mana kalau tidak di sini, di luar juga banjir. Tidak masalah kok yang penting dari hati,” katanya.
Baca: SMK NU Ma’arif Kudus Buka Jasa Servis Motor Gratis di Lokasi BanjirPihak gereja, ujar Noor, juga memperlakukan pengungsi sebaik mungkin. Makan tiga kali sehari mereka dijamin, hingga beraktivitas di seputaran gereja juga tidak dibatasi.”Kebutuhan makanan dicukupi, ada susu juga, saya sekeluarga di sini, saya suami dan anaknya tiga,” ujar warga Tanjungkarang tersebut.Sementara pengurus GKMI Tanjungkarang Boedi Poejijanto mengungkapkan, pihak gereja mempersilahkan siapapun untuk bisa mengungsi di gereja ini. Mereka tidak akan membeda-bedakan suku agama ras dan budaya (SARA).”Ini murni kemanusiaan. Awal buka kami melakukannya secara mandiri, namun belakangan ini mulai banyak bantuan yang masuk ke sini,” pungkasnya.https://youtu.be/YNz_r_ZEGWIReporter: Anggara JiwandhanaEditor: Ali Muntoha
Murianews, Kudus – Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, kini sedang diterpa banjir akibat cuaca kurang bersahabat di pergantian tahun 2022 ke 2023 kemarin. Sebanyak 28 desa di lima kecamatan di kabupaten yang terkenal akan kreteknya ini pun tergenang.
Banyak sendi kehidupan di sini perlahan mulai lumpuh. Macet di sejumlah ruas jalan, hingga aktivitas ekonomi yang terganggu karena genangan tak kunjung surut.
Warga yang rumahnya tergenang kemudian mulai mengungsi ke berbagai tempat yang layak dan aman.
Tak terkecuali rumah-rumah ibadah yang memang bisa ditinggali sementara oleh puluhan hingga ratusan jiwa. Masjid, gereja, hingga kelenteng yang memiliki bangunan aula, semua difungsikan untuk lokasi pengungsian.
Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI) Tanjungkarang di Desa Tanjungkarang Kecamatan Jati, Kudus, jadi salah satunya. Gereja itu kini hampir menampung sekitar 130-an jiwa.
Baca: Cerita Warga Kudus Bertahan di Tengah Banjir, Susah Cari Sarapan demi Jaga Harta
Tak memandang usia, tak memandang gender, dan tak memandang agama. Mereka ada di satu ruangan yang sama.
Hampir setiap hari pula, para pengungsi muslim salat bersama di aula gereja. Seolah menunjukkan bahwa beribadah adalah tentang niat dan ketulusannya, bukan tentang di mana atau harus bagaimana.
Satu dari sekian di antaranya adalah Noor Khayati. Wanita berusia 30-an tahun itu sudah hampir sepekan ini mengungsi bersama keluarganya.
Selama itu pula, dia menjalankan salat lima waktu di sana bersama keluarganya. Dia mengaku tak ada keraguan saat menjalankan ibadahya.
”Ya mau ibadah di mana kalau tidak di sini, di luar juga banjir. Tidak masalah kok yang penting dari hati,” katanya.
Baca: SMK NU Ma’arif Kudus Buka Jasa Servis Motor Gratis di Lokasi Banjir
Pihak gereja, ujar Noor, juga memperlakukan pengungsi sebaik mungkin. Makan tiga kali sehari mereka dijamin, hingga beraktivitas di seputaran gereja juga tidak dibatasi.
”Kebutuhan makanan dicukupi, ada susu juga, saya sekeluarga di sini, saya suami dan anaknya tiga,” ujar warga Tanjungkarang tersebut.
Sementara pengurus GKMI Tanjungkarang Boedi Poejijanto mengungkapkan, pihak gereja mempersilahkan siapapun untuk bisa mengungsi di gereja ini. Mereka tidak akan membeda-bedakan suku agama ras dan budaya (SARA).
”Ini murni kemanusiaan. Awal buka kami melakukannya secara mandiri, namun belakangan ini mulai banyak bantuan yang masuk ke sini,” pungkasnya.
https://youtu.be/YNz_r_ZEGWI
Reporter: Anggara Jiwandhana
Editor: Ali Muntoha