Rabu, 19 November 2025


Megengan hampir sama dengan tradisi nyadran yang digelar di sejumlah daerah lain. Yakni berziarah ke makam leluhur menjelang Ramadan.

Dalam tradisi megengan itu, warga Desa Colo, Japan, Dukuhwaringin, dan sejumlah desa di sekitarnya melakukan ziarah ke Makan Sunan Muria. Setelahnya, mereka kemudian menggelar doa dan makan bersama sebagai bentuk syukur menjelang Ramadan.

Warga biasanya datang secara berkelompok terdiri dari ayah hingga cucu-cucunya. Hal inilah yang juga dilaksanakan oleh Mastur (70) Warga Desa Colo, Rabu (22/3/2023).

Dia bersama sanak saudara dan cucu-cucunya sengaja datang sehari menjelang Ramadan karena biasanya jumlah peziarah sudah berkurang.

”Kalau sepekan sebelum Ramadan biasanya sangat ramai. Ini cukup sepi karena kemarin warga di sekitar Makam Sunan Muria sudah banyak yang melaksanakan,” ucapnya.

Baca: Mengenal Beduk Blandrangan, Penanda Awal Ramadan di Kudus

Megengan sendiri, bagi Maskur lebih dari sekadar menyambut datangnya Ramadan. Lebih dari itu, megengan dilakukan sebagai bentuk mengingat Sunan Muria.

Sebagian besar warga di sini, kata dia, memang menggantungkan hidupnya dari keberadaan Makam Sunan Muria.
”Ini juga sebagai sarana pengingat diri, selama ini kita menggantungkan hidup di sini, istilahnya orang mati yang menghidupi orang hidup,” ungkapnya.Sementara untuk bekal makanan yang dibawa adalah berupa ayam bakar tanpa bumbu hingga kuluban daun pakis dan kelor. Makanan tersebut juga memiliki filosofi tersendiri dan berkhasiat bagi kesehatan.”Biasanya ada tahu dan tempe, tapi kali ini bekalnya lebih sederhana,” ungkapnya.Baca: Ganjar dan Istri Nyadran Keliling Ziarah Makam Wali SongoSenada dengan warga lain, Tri Mulyani juga mengungkapkan hal yang sama. Di tahun ini dia datang bersama keluarganya.Kegiatan ini sebagai bentuk rasa syukurnya pada Allah karena akan dipertemukan kembali dengan bulan Ramadan.https://youtu.be/lk0AKt-lTNYEditor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar