Dosen Pembimbing Skripsi Jokowi Ternyata Asli Grobogan, Rumahnya Sangat Sederhana
Dani Agus
Kamis, 21 Desember 2017 17:39:02
Soalnya, dosen yang bertemu Jokowi dalam acara reuni Fakultas Kehutanan UGM, Selasa (19/12/2017) itu ternyata berasal dari Kecamatan Wirosari, Grobogan.
Maraknya pemberitaan berbagai medai tentang pertemuan antara presiden dan mantan dosennya itu setidaknya membuat bangga banyak orang. Terlebih, bagi warga Desa Tambakselo, Kecamatan Wirosari yang merupakan tempat kelahiran dari Kasmudjo.
“Iya benar kalau Pak Kasmudjo aslinya warga Tambakselo. Sekarang beliau tinggalnya di Jogja tetapi kakak kandungnya dan kerabatnya masih banyak di sini. Ayo, saya antarkan ke rumah kerabatnya,” kata Kades Tambakselo Sareh Joko Prasetyo saat ditemui wartawan di balai desa, Kamis (22/12/2017).
Rumah kelahiran Kasmudjo berada di Dusun Krajan RT 04, RW 04 yang letaknya cukup dekat dari balai desa. Dari gang sebelah selatan balai desa masuk ke barat sekitar 100 meter saja. Rumah ini sekarang ditempati Darsono, kakak sulung Kasmudjo.
Rumah yang ditunjukkan Sareh ini modelnya limasan dengan konstruksi utama dari kayu. Dinding rumahnya terbuat dari papan jati. Lantai rumahnya masih terbuat dari tegel model lama.
Di ruang tamu tampak perabotan sederhana dan modelnya masih kuno. Baik meja, kursi maupun almari. Pada dinding kayu di ruang tamu, banyak terdapat foto yang dibingkai figura. Di antaranya, ada satu foto besar hitam putih satu anggota keluarga.
“Ini foto bapak dan ibu bersama adik-adik saya. Foto ini dibuat tahun 1951,” terang Darsono saat ditanyakan mengenai foto tersebut.
[caption id="attachment_134052" align="aligncenter" width="565"]

Darsono dan Kades Tambakselo Sareh Joko Prasetyo menunjukkan foto Kasmudjo yang dipasang di dinding ruang tamu, Kamis (22/12/2017). (MuriaNewsCom/Dani Agus)[/caption]
Darsono menceritakan, ia merupakan anak pertama dari empat bersaudara, putra pasangan Samingun dan Sami (keduanya sudah meninggal). Kedua adiknya Susilo dan Supremi juga sudah meninggal beberapa tahun lalu.
“Dari empat bersaudara, sekarang tinggal saya dan Kasmudjo. Ia adalah saudara saya paling ragil (bungsu),” jelas pensiunan Kepala SDN 01 Tambakselo itu.
Sejak kecil sampai lulus SMA, Kasmudjo tinggal di Desa Tambakselo. Kasmudjo sekolah di SDN 01 Tambakselo, SMPN 1 Wirosari dan SMAN 1 Purwodadi.
Selama tinggal di desa yang ada di pinggiran hutan itu, Kasmudjo juga beraktivitas seperti teman lainnya. Misalnya, membantu di sawah atau menggembala sapi di kawasan hutan.“Satu hal yang saya ingat sampai sekarang dari Kasmudjo. Yakni, saat ia menangis karena sapinya pada berulah ketika digembala dihutan. Akhirnya, saya susul ke hutan sama istri saya,” katanya sambil tertawa.Setelah lulus SMA, Darsono langsung meminta Kasmudjo untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Namun, saat itu Kasmudjo sempat mengkhawatirkan soal biaya.“Ketika Kasmudjo masih SD, bapak saya meninggal. Jadi, waktu itu ia sempat mikir biaya kuliah. Namun, saya tegaskan kalau tidak perlu bingung masalah biaya. Sebagai kakak tertua, saya yang berkewajiban menyekolahkan adik. Terlebih, saya tahu kalau adik saya ini orangnya pandai dan disiplin,” cerita Darsono sambil mengenang momen itu.Akhirnya, Kasmudjo mantap untuk meneruskan pendidikan ke UGM. Saat mendaftar kuliah sekitar tahun 1969, Darsono ikut mengantarkan ke Jogja. Akhirnya, Kasmudjo diterima di Fakultas Kehutanan UGM dan berhasil menyelesaikan kuliahnya tepat waktu.“Setelah lulus, adik saya sempat dapat dua tawaran kerja. Yakni, jadi dosen di UGM dan jadi sinder di Perhutani. Ia sempat konsultasi soal itu dan saya sarankan pilih jadi dosen saja,” kata pria berusia 85 tahun yang masih terlihat sangat sehat itu.Meski saat ini tinggal di Jogja, Kasmudjo yang sudah dikaruniai dua anak itu masih sering pulang ke Desa Tambakselo untuk bersilaturahmi dengan sanak kerabatnya.“Kalau ada kerabat yang punya gawe, biasanya ia menyempatkan datang. Kalau pas Lebaran rutin pulang kampung,” imbuhnya.Disinggung soal pertemuan adiknya dengan presiden, dua hari lalu, Darsono sempat melihat melalui tayangan berita televisi. Saat itu, ia bahkan sempat berteriak memanggil anak dan cucunya untuk melihat televisi.“Saya teriak panggil anak dan cucu waktu itu sampai pada kaget. Mereka tak kasih tahu kalau ada Mbahmu Kasmudjo sama Pak Presiden. Sebagai kakaknya, saya bangga adik Kasmudjo bisa bertemu dengan presiden dengan suasana akrab,” pungkas bapak yang punya sembilan anak itu.
Editor : Ali Muntoha
Murianews, Grobogan - Pemberitaan terkait pertemuan Presiden Joko Widodo dengan dosen pembimbing skripsinya ketika kuliah di Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada (UGM) Jogjakarta bernama Kasmudjo, mendapat perhatian cukup besar dari banyak warga Grobogan.
Soalnya, dosen yang bertemu Jokowi dalam acara reuni Fakultas Kehutanan UGM, Selasa (19/12/2017) itu ternyata berasal dari Kecamatan Wirosari, Grobogan.
Maraknya pemberitaan berbagai medai tentang pertemuan antara presiden dan mantan dosennya itu setidaknya membuat bangga banyak orang. Terlebih, bagi warga Desa Tambakselo, Kecamatan Wirosari yang merupakan tempat kelahiran dari Kasmudjo.
“Iya benar kalau Pak Kasmudjo aslinya warga Tambakselo. Sekarang beliau tinggalnya di Jogja tetapi kakak kandungnya dan kerabatnya masih banyak di sini. Ayo, saya antarkan ke rumah kerabatnya,” kata Kades Tambakselo Sareh Joko Prasetyo saat ditemui wartawan di balai desa, Kamis (22/12/2017).
Rumah kelahiran Kasmudjo berada di Dusun Krajan RT 04, RW 04 yang letaknya cukup dekat dari balai desa. Dari gang sebelah selatan balai desa masuk ke barat sekitar 100 meter saja. Rumah ini sekarang ditempati Darsono, kakak sulung Kasmudjo.
Rumah yang ditunjukkan Sareh ini modelnya limasan dengan konstruksi utama dari kayu. Dinding rumahnya terbuat dari papan jati. Lantai rumahnya masih terbuat dari tegel model lama.
Di ruang tamu tampak perabotan sederhana dan modelnya masih kuno. Baik meja, kursi maupun almari. Pada dinding kayu di ruang tamu, banyak terdapat foto yang dibingkai figura. Di antaranya, ada satu foto besar hitam putih satu anggota keluarga.
“Ini foto bapak dan ibu bersama adik-adik saya. Foto ini dibuat tahun 1951,” terang Darsono saat ditanyakan mengenai foto tersebut.
[caption id="attachment_134052" align="aligncenter" width="565"]

Darsono dan Kades Tambakselo Sareh Joko Prasetyo menunjukkan foto Kasmudjo yang dipasang di dinding ruang tamu, Kamis (22/12/2017). (MuriaNewsCom/Dani Agus)[/caption]
Darsono menceritakan, ia merupakan anak pertama dari empat bersaudara, putra pasangan Samingun dan Sami (keduanya sudah meninggal). Kedua adiknya Susilo dan Supremi juga sudah meninggal beberapa tahun lalu.
“Dari empat bersaudara, sekarang tinggal saya dan Kasmudjo. Ia adalah saudara saya paling ragil (bungsu),” jelas pensiunan Kepala SDN 01 Tambakselo itu.
Sejak kecil sampai lulus SMA, Kasmudjo tinggal di Desa Tambakselo. Kasmudjo sekolah di SDN 01 Tambakselo, SMPN 1 Wirosari dan SMAN 1 Purwodadi.
Selama tinggal di desa yang ada di pinggiran hutan itu, Kasmudjo juga beraktivitas seperti teman lainnya. Misalnya, membantu di sawah atau menggembala sapi di kawasan hutan.
“Satu hal yang saya ingat sampai sekarang dari Kasmudjo. Yakni, saat ia menangis karena sapinya pada berulah ketika digembala dihutan. Akhirnya, saya susul ke hutan sama istri saya,” katanya sambil tertawa.
Setelah lulus SMA, Darsono langsung meminta Kasmudjo untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Namun, saat itu Kasmudjo sempat mengkhawatirkan soal biaya.
“Ketika Kasmudjo masih SD, bapak saya meninggal. Jadi, waktu itu ia sempat mikir biaya kuliah. Namun, saya tegaskan kalau tidak perlu bingung masalah biaya. Sebagai kakak tertua, saya yang berkewajiban menyekolahkan adik. Terlebih, saya tahu kalau adik saya ini orangnya pandai dan disiplin,” cerita Darsono sambil mengenang momen itu.
Akhirnya, Kasmudjo mantap untuk meneruskan pendidikan ke UGM. Saat mendaftar kuliah sekitar tahun 1969, Darsono ikut mengantarkan ke Jogja. Akhirnya, Kasmudjo diterima di Fakultas Kehutanan UGM dan berhasil menyelesaikan kuliahnya tepat waktu.
“Setelah lulus, adik saya sempat dapat dua tawaran kerja. Yakni, jadi dosen di UGM dan jadi sinder di Perhutani. Ia sempat konsultasi soal itu dan saya sarankan pilih jadi dosen saja,” kata pria berusia 85 tahun yang masih terlihat sangat sehat itu.
Meski saat ini tinggal di Jogja, Kasmudjo yang sudah dikaruniai dua anak itu masih sering pulang ke Desa Tambakselo untuk bersilaturahmi dengan sanak kerabatnya.
“Kalau ada kerabat yang punya gawe, biasanya ia menyempatkan datang. Kalau pas Lebaran rutin pulang kampung,” imbuhnya.
Disinggung soal pertemuan adiknya dengan presiden, dua hari lalu, Darsono sempat melihat melalui tayangan berita televisi. Saat itu, ia bahkan sempat berteriak memanggil anak dan cucunya untuk melihat televisi.
“Saya teriak panggil anak dan cucu waktu itu sampai pada kaget. Mereka tak kasih tahu kalau ada Mbahmu Kasmudjo sama Pak Presiden. Sebagai kakaknya, saya bangga adik Kasmudjo bisa bertemu dengan presiden dengan suasana akrab,” pungkas bapak yang punya sembilan anak itu.
Editor : Ali Muntoha