Bobot 2 Kuintal, Ibu di Krangganharjo Grobogan Butuh Bantuan Turunkan Berat Badan
Dani Agus
Senin, 11 Februari 2019 15:07:52
Dengan bobot super jumbo tersebut, ibu satu anak bernama Rafa Kaisar (9) itu mulai mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Terutama, untuk mengangkat tubuhnya dan berjalan kaki.
Meski demikian, Rina tidak mau menyerah dengan keadaan. Setiap harinya, ia tetap berupaya melayani suami dan anaknya semaksimal mungkin. Seperti, mencuci pakaian, menyetelika, memasak, dan membersihkan rumah.
Bahkan, Rina juga masih membantu mencari tambahan penghasilan. Yakni, dengan berjualan makanan kecil di sekitar obyek wisata Candi Joglo dan tempat anak-anak mengaji yang lokasinya tidak jauh dari rumahnya.
Dalam melakukan aktivitas ini, tidak dilakukan Rina dengan berjalan kaki. Tetapi, dengan mengendarai sepeda motor matic miliknya.
“Boleh dibilang, sepeda motor ini sebagai ganti kaki saya. Kalau harus jalan kaki cukup jauh, sudah tidak kuat lagi,” kata Rina saat ditemui wartawan di rumahnya, Senin (11/2/2019).
Rumah yang ditempati Rina tidak seberapa luas, ukurannya sekitar 5x10 meter. Lokasi rumahnya di sebuah gang kecil yang berada sekitar 25 meter dari pinggir jalan raya Purwodadi-Solo.
[caption id="attachment_157072" align="alignnone" width="665"]

Rina Dwi Budiarti, warga Dusun Sukoharjo RT 07/RW 05, Desa Krangganharjo, Kecamatan Toroh, Grobogan yang memiliki bobot sekitar 200 kilogram berharap bantuan untuk menurunkan berat badannya[/caption]
Rumah sederhana berdinding tembok itu dihuni Rina bersama suami dan anaknya. Suami Rina yang bernama Hadi Winarno (40), bekerja sebagai sopir truk yang biasa mengantar barang ke luar kota bahkan sampai luar Jawa.
Rina yang punya tinggi 165 meter itu mengaku, saat masih gadis, berat badannya paling banyak hanya mencapai 75 kilogram. Berat badannya mengalami kenaikan setelah menikah tahun 2008 dan kemudian hamil. Menjelang melahirkan, bobotnya mencapai 115 kilogram sehingga harus menjalani operasi dalam proses persalinan.Beberapa tahun setelah melahirkan, bobotnya sempat turun. Namun, setelah itu bobotnya meningkat lagi.Berat badannya naik drastis dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Kondisi inilah yang menyebabkan aktivitasnya tidak bisa segesit sebelumnya.Terlebih, dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, Rina juga mengalami sakit selulitis atau infeksi pada kulit dan jaringan lunak di bawah kulit. Selulitis ini menyerang pada kedua kakinya, terutama pada bagian lutut kebawah.“Kalau pas kambuh, rasanya sakit sekali sehingga sangat sulit beraktivitas. Untuk berdiri saja, saya harus dibantu kruk ketika sakit selulitis menyerang,” cetusnya.Rina berharap ada bantuan dari pemerintah untuk mengatasi berat badannya yang tidak kunjung turun. Bahkan, ia bersedia juga harus dilakukan operasi untuk menurunkan berat badannya.“Saya tidak berharap bantuan uang karena kebutuhan sehari-hari sudah tercukupi. Harapan saya, ada bantuan pemerintah untuk menurunkan berat badan ini saja,” ujar Rina yang mengaku belum memiliki BPJS itu.Rina tidak tahu penyebab berat badannya tidak bisa turun. Sehari-harinya, Rina mengaku tidak banyak makan atau ngemil. Namun sering kali, Rina langsung beranjak tidur setelah selesai makan malam karena merasa lelah.
Editor: Supriyadi
Murianews, Grobogan - Bantuan untuk menurunkan berat badan sangat dibutuhkan oleh Rina Dwi Budiarti, warga Dusun Sukoharjo RT 07/RW 05, Desa Krangganharjo, Kecamatan Toroh, Grobogan. Keinginan ini dilontarkan menyusul makin bertambahnya berat badan ibu rumah tangga berusia 34 tahun tersebut. Saat ini, berat badannya diperkirakan sudah mencapai 200 kilogram atau 2 kuintal.
Dengan bobot super jumbo tersebut, ibu satu anak bernama Rafa Kaisar (9) itu mulai mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Terutama, untuk mengangkat tubuhnya dan berjalan kaki.
Meski demikian, Rina tidak mau menyerah dengan keadaan. Setiap harinya, ia tetap berupaya melayani suami dan anaknya semaksimal mungkin. Seperti, mencuci pakaian, menyetelika, memasak, dan membersihkan rumah.
Bahkan, Rina juga masih membantu mencari tambahan penghasilan. Yakni, dengan berjualan makanan kecil di sekitar obyek wisata Candi Joglo dan tempat anak-anak mengaji yang lokasinya tidak jauh dari rumahnya.
Dalam melakukan aktivitas ini, tidak dilakukan Rina dengan berjalan kaki. Tetapi, dengan mengendarai sepeda motor matic miliknya.
“Boleh dibilang, sepeda motor ini sebagai ganti kaki saya. Kalau harus jalan kaki cukup jauh, sudah tidak kuat lagi,” kata Rina saat ditemui wartawan di rumahnya, Senin (11/2/2019).
Rumah yang ditempati Rina tidak seberapa luas, ukurannya sekitar 5x10 meter. Lokasi rumahnya di sebuah gang kecil yang berada sekitar 25 meter dari pinggir jalan raya Purwodadi-Solo.
[caption id="attachment_157072" align="alignnone" width="665"]

Rina Dwi Budiarti, warga Dusun Sukoharjo RT 07/RW 05, Desa Krangganharjo, Kecamatan Toroh, Grobogan yang memiliki bobot sekitar 200 kilogram berharap bantuan untuk menurunkan berat badannya[/caption]
Rumah sederhana berdinding tembok itu dihuni Rina bersama suami dan anaknya. Suami Rina yang bernama Hadi Winarno (40), bekerja sebagai sopir truk yang biasa mengantar barang ke luar kota bahkan sampai luar Jawa.
Rina yang punya tinggi 165 meter itu mengaku, saat masih gadis, berat badannya paling banyak hanya mencapai 75 kilogram. Berat badannya mengalami kenaikan setelah menikah tahun 2008 dan kemudian hamil. Menjelang melahirkan, bobotnya mencapai 115 kilogram sehingga harus menjalani operasi dalam proses persalinan.
Beberapa tahun setelah melahirkan, bobotnya sempat turun. Namun, setelah itu bobotnya meningkat lagi.
Berat badannya naik drastis dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Kondisi inilah yang menyebabkan aktivitasnya tidak bisa segesit sebelumnya.
Terlebih, dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, Rina juga mengalami sakit selulitis atau infeksi pada kulit dan jaringan lunak di bawah kulit. Selulitis ini menyerang pada kedua kakinya, terutama pada bagian lutut kebawah.
“Kalau pas kambuh, rasanya sakit sekali sehingga sangat sulit beraktivitas. Untuk berdiri saja, saya harus dibantu kruk ketika sakit selulitis menyerang,” cetusnya.
Rina berharap ada bantuan dari pemerintah untuk mengatasi berat badannya yang tidak kunjung turun. Bahkan, ia bersedia juga harus dilakukan operasi untuk menurunkan berat badannya.
“Saya tidak berharap bantuan uang karena kebutuhan sehari-hari sudah tercukupi. Harapan saya, ada bantuan pemerintah untuk menurunkan berat badan ini saja,” ujar Rina yang mengaku belum memiliki BPJS itu.
Rina tidak tahu penyebab berat badannya tidak bisa turun. Sehari-harinya, Rina mengaku tidak banyak makan atau ngemil. Namun sering kali, Rina langsung beranjak tidur setelah selesai makan malam karena merasa lelah.
Editor: Supriyadi