Dalam kesempatan itu, Hj Azizah bercerita banyak mengenai kiprah Kiai Ma’shum dalam memperjuangkan agama Islam hingga pergaulannya di masyarakat yang tidak membeda-bedakan antara pribumi dan asing. Bahkan, Kiai Ma’shum dikenal memiliki kedekatan di kalangan warga Tionghoa.
"Dulu, sebelum Bapak (Kiai Ma’shum) membangun pondok, membangun tujuh masjid yang ada di Lasem ini, beliau sempat menjadi pengajar ngaji dengan berkeliling dari desa ke desa yang ada di Rembang. Dalam bergaul juga akrab dengan masyarakat, tak terkecuali warga Tionghoa, khususnya yang ada di Lasem,” ujar Hj Azizah di hadapan santri.
Kia Ma’shum, katanya, dulunya tidak pilih kasih dan semua dianggap sama. Dicontohkannya, ketika itu ada salah satu warga Tionghoa yang mengeluh karena buah mangga milikya sering hilang karena diambil para santri.
“Ketika ketahuan siapa santri yang mengambil mangga tersebut, kemudian Kiai Ma’shum memanggil santri tersebut dan juga warga Tionghoa pemilik mangga. Kemudian santri tersebut dihukum dengan cara disuruh nungging, lalu dipukul bokongnya, dan hal itu disaksikan warga Tionghoa itu,” ujarnya.Kemudian terkait kegiatan Sedino Nyantri, yang merupakan bagian dari event Srawung Sedulur Soditan, Hj Azizah sangat mendukung.. "Saya apresiasi kegiatan ini. Sebab bisa menambah tali silaturahmi. Baik itu antara sesama santri, santri dengan warga maupum santri dengan ulama," pungkasnya.
Editor : Kholistiono
Murianews, Rembang – Puluhan santri dari berbagai pondok pesantren yang ada di Desa Soditan, Kecamatan Lasem, Rembang, mengikuti kegiatan Sedino Nyantri dengan melakukan kunjungan ke beberapa tokoh agama yang ada di Desa Soditan. Salah satunya adalah ke kediaman Hj Azizah Ma’shum, Pengasuh Pondok Pesantren Al Hidayat yang merupakan putri kedua dari Kiai Ma’shum.
Dalam kesempatan itu, Hj Azizah bercerita banyak mengenai kiprah Kiai Ma’shum dalam memperjuangkan agama Islam hingga pergaulannya di masyarakat yang tidak membeda-bedakan antara pribumi dan asing. Bahkan, Kiai Ma’shum dikenal memiliki kedekatan di kalangan warga Tionghoa.
"Dulu, sebelum Bapak (Kiai Ma’shum) membangun pondok, membangun tujuh masjid yang ada di Lasem ini, beliau sempat menjadi pengajar ngaji dengan berkeliling dari desa ke desa yang ada di Rembang. Dalam bergaul juga akrab dengan masyarakat, tak terkecuali warga Tionghoa, khususnya yang ada di Lasem,” ujar Hj Azizah di hadapan santri.
Kia Ma’shum, katanya, dulunya tidak pilih kasih dan semua dianggap sama. Dicontohkannya, ketika itu ada salah satu warga Tionghoa yang mengeluh karena buah mangga milikya sering hilang karena diambil para santri.
“Ketika ketahuan siapa santri yang mengambil mangga tersebut, kemudian Kiai Ma’shum memanggil santri tersebut dan juga warga Tionghoa pemilik mangga. Kemudian santri tersebut dihukum dengan cara disuruh nungging, lalu dipukul bokongnya, dan hal itu disaksikan warga Tionghoa itu,” ujarnya.
Kemudian terkait kegiatan Sedino Nyantri, yang merupakan bagian dari event Srawung Sedulur Soditan, Hj Azizah sangat mendukung.. "Saya apresiasi kegiatan ini. Sebab bisa menambah tali silaturahmi. Baik itu antara sesama santri, santri dengan warga maupum santri dengan ulama," pungkasnya.
Editor : Kholistiono