Tokoh setempat, Krisno kepada MuriaNewsCom menuturkan, istri Ki Santa Mulya saat itu berbuat kesalahan sehingga mendapatkan hukuman dari mertuanya, Maesura. Dia diasingkan di Pulau Anakan yang diduga saat ini bernama Pulau Seprapat, Juwana.
Suaminya, Ki Santa Mulya merasa rindu dengan istrinya lantaran saat itu tengah hamil. Namun, dia tidak bisa berbuat sesuatu karena ayahnya sendiri yang menghukumnya dengan mengasingkan di Pulau Anakan.
"Ki Santa Mulya kemudian melakukan kontak batin di puncak tertinggi di perbukitan Durensawit. Di sana, dia juga bisa melihat pulau anakan dari atas sehingga bisa sedikit mengobati rindunya kepada sang istri," ujar Krisno, Kamis (19/1/2017).
Kisah tersebut, kata Krisno, diambil dari cerita tutur yang berkembang di Durensawit. Kisah itu terjadi pada zaman Kerajaan Malawapati yang dipimpin Prabu Angling Darma. Namun, kisah itu mulai pudar dari ingatan.Sejak dibuka untuk dikunjungi, kawasan tersebut mulai ramai diserbu muda-mudi yang ingin melihat keindahan hamparan daratan Kabupaten Pati, serta pegunungan yang hijau. Warga yang rindu dengan atmosfer udara sejuk bisa berkunjung ke sana setiap hari, hanya dengan biaya parkir Rp 2 ribu untuk sepeda motor dan Rp 5 ribu untuk mobil.
Editor : Kholistiono
Murianews, Pati - Bukit Pandang di Desa Durensawit, Kecamatan Kayen, Pati yang saat ini dijadikan destinasi wisata baru di Pati selatan ternyata menyimpan nilai sejarah pada zaman Kerajaan Angling Darma. Bukit tertinggi di desa tersebut menjadi saksi bisu kerinduan Ki Santa Mulya, menantu Maesura, guru Angling Darma.
Tokoh setempat, Krisno kepada MuriaNewsCom menuturkan, istri Ki Santa Mulya saat itu berbuat kesalahan sehingga mendapatkan hukuman dari mertuanya, Maesura. Dia diasingkan di Pulau Anakan yang diduga saat ini bernama Pulau Seprapat, Juwana.
Suaminya, Ki Santa Mulya merasa rindu dengan istrinya lantaran saat itu tengah hamil. Namun, dia tidak bisa berbuat sesuatu karena ayahnya sendiri yang menghukumnya dengan mengasingkan di Pulau Anakan.
"Ki Santa Mulya kemudian melakukan kontak batin di puncak tertinggi di perbukitan Durensawit. Di sana, dia juga bisa melihat pulau anakan dari atas sehingga bisa sedikit mengobati rindunya kepada sang istri," ujar Krisno, Kamis (19/1/2017).
Kisah tersebut, kata Krisno, diambil dari cerita tutur yang berkembang di Durensawit. Kisah itu terjadi pada zaman Kerajaan Malawapati yang dipimpin Prabu Angling Darma. Namun, kisah itu mulai pudar dari ingatan.
Sejak dibuka untuk dikunjungi, kawasan tersebut mulai ramai diserbu muda-mudi yang ingin melihat keindahan hamparan daratan Kabupaten Pati, serta pegunungan yang hijau. Warga yang rindu dengan atmosfer udara sejuk bisa berkunjung ke sana setiap hari, hanya dengan biaya parkir Rp 2 ribu untuk sepeda motor dan Rp 5 ribu untuk mobil.
Editor : Kholistiono