Kamis, 20 November 2025


Kepala Dinkes Pati dr Aviani Tritanti Venusia menjelaskan penyakit itu disebabkan bakteri leptospira. Penderita biasanya terkena penyakit ini setelah kontak dengan air, lumpur, maupun tanaman yang telah dicemari air seni tikus dan hewan lain yang mengandung bakteri leptospira.

’’Kulit penderita biasanya kuning. Kemudian ada nyeri di betis dan bisa melanjut ke penyakit gagal ginjal,’’ ujar dia.

Ia mengungkap hingga Oktober lalu, ada 25 kasus penyakit leptospirosis. Dari jumlah itu, empat di antaranya meninggal dunia.

Baca: Gelar Roadshow Jurnalistik, PWI Pati Beberkan Bedanya Medsos dan Media Massa

Angka temuan ini lebih tinggi dibandingkan dua tahun sebelumnya. Selama 2020, pihaknya menemukan 24 kasus liptospirosis dengan kematian sembilan orang. Sedangkan pada 2021 terdapat 16 kasus dengan kematian empat orang.

Ketua tim Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2PM) Dinkes Kabupaten Pati, Ninik Trisnawati menambahkan, penyakit ini berpotensi meningkat saat musim hujan. Ia pun meminta masyarakat waspada.
Ketua tim Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2PM) Dinkes Kabupaten Pati, Ninik Trisnawati menambahkan, penyakit ini berpotensi meningkat saat musim hujan. Ia pun meminta masyarakat waspada.Ia menjelaskan, saat musim hujan, potensi penyebaran penyakit ini semakin tinggi lantaran tikus berpindah ke pemukiman. Mengingat sarang tikus biasanya kebanjiran.’’Biasanya saat banjir banyak tikus yang berkeliaran di sekitar rumah. Karena tempat mereka (tikus) kebanjiran. Nah ini yang harus diwaspadai oleh masyarakat. Karena ini bisa menimbulkan penyakit kencing tikus,’’ tutur dia.Ninik pun berpesan pada masyarakat untuk peka dan meningkatkan kesadaran pola hidup bersih dan sehat. Terjadinya banyak kasus menurut ninik karena kurangnya kesadaran masyarakat terkait kebersihan sekitar.https://youtu.be/a_GAYqsFFsYReporter: Umar HanafiEditor: Zulkifli Fahmi

Baca Juga

Komentar

Terpopuler