Kamis, 20 November 2025


Berdasar data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pati, pada 2019 dari 973 suspek terkonfirmasi 29 kasus positif TBC RO, pada tahun 2020 dari 470 suspek terkonfirmasi 18 kasus.

Pada tahun 2021 dari 360 suspek terkonfirmasi 26, dan pada tahun 2022 sampai bulan September dari 315 suspek terkonfirmasi 15 kasus positif, dan ada perkembangan data terkini, sampai November sudah 19 kasus.

Baca: TBC di Pati Tinggi, Pemuda Lahar Pati Ajak Masyarakat Cegah Bersama

TB RO merupakan infeksi yang disebabkan bakteri Mycobacterium Tuberculosis dan telah kebal terhadap obat akibat dari pengobatan yang tidak benar.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pati Aviani Tritanti Venusia mengatakan, kasus TBC di Pati sendiri sebenarnya masih banyak yang belum ditemukan. Meskipun temuannya saat ini juga sudah banyak.

’’Saat ini baru 65 persen dari target capaian yang kami temukan. Kami terus berusaha melibatkan semua sektor untuk menemukan kasus dan mengobati sampai sembuh,’’ katanya di Hotel Safin, Selasa (29/11/2022).

Menurutnya, penyakit itu bisa disembuhkan. Saat ini, sudah ada obatnya, namuun memang harus sabar, karena waktu pengobatannya bisa mencapai enam bulan.

’’Obatnya gratis bisa diakses di puskesmas dan fasilitas kesehatan lain seperti RSUD,’’ ujarnya.

Sementara itu, kordinator program TBC SSR Mentari Sehat Indonesia Kabupaten Pati Moh Yasir Al Imron, memaparkan berdasarkan temuan di lapangan, beberapa pasien TBC enggan berobat.
Sementara itu, kordinator program TBC SSR Mentari Sehat Indonesia Kabupaten Pati Moh Yasir Al Imron, memaparkan berdasarkan temuan di lapangan, beberapa pasien TBC enggan berobat.’’Tahun ini kami juga mencatat ada banyak pasien yang mangkir berobat sekitar 28 pasien. Kami coba tangani dan sebanyak 18 pasien mau berobat lagi. Kendala di lapangan dalam program penanggulangan TBC ini memang banyak sekali,’’ kata dia.Baca: Banjir Masih Mengancam, BPBD Pati Soroti IniIa pun berharap pasien harus tuntas dalam berobat. Maka dari itu fungsi pendamping minum obat diperlukan sehingga pasien tuntas meminum obat.’’Yang menjadi persoalan dalam pengobatan ini karena adanya efek samping baik ringan maupun berat. Karena itu kami selalu berupaya meminta agar pasien tidak mengambil keputusan sendiri,’’ ujarnya.Ia meminta agar pasien untuk berkomunikasi dengan petugas bila mengalami efek samping. Ada pun efek samping yang biasa dialami yakni, air kencing berubah jadi merah atau yang lainnya.’’Komunikasi dengan petugas,’’ pungkas dia. Reporter: Umar HanafiEditor: Zulkifli Fahmi

Baca Juga

Komentar

Terpopuler