Banjir Pati, Perempuan Lumpuh Kesulitan Tinggal di Pengungsian
Umar Hanafi
Kamis, 12 Januari 2023 13:55:27
Perempuan yang mengalami kelumpuhan pada kakinya itu terpaksa mengungsi di bangunan bekas Stasiun Juwana. Ia terpaksa mengungsi di tempat seadanya lantaran, pengungsian di balai desa setempat telah penuh.
Di sana, sejumlah warga yang mengungsi membuat bilik seadanya secara mandiri. Bilik seukuran 2 meter x 1,5 meter itu dibuat menggunakan kain dan banner.
Kamisih pun harus berjuang tinggal di sana dengan keterbatasannya. Beruntung, ada anak-anaknya yang turut mengungsi di sana.
Baca: Pantau Sungai Juwana Pati, Ganjar Geregetan Lihat Banyak Sampah’’Kadang menangis sendiri. Di sini tidak kerasan. Di sini bersama anak. Di rumah ada 7 orang, semuanya mengungsi,’’ kata Kamisih.
Di tengah keterbatasannya itu, Kamisih tentu kesulitan melakukan aktivitas seperti buang air. Ia pun mengaku tak kerasan tinggal di sana.
Kamisih berharap ada penanganan dari pemerintah sehingga banjir segera surut. Dengan begitu, ia bisa kembali tinggal di rumahnya.
’’Kalau pipis, buang air besar repot. Kalau di rumah enak,’’ ujar dia sambil menahan tangis.
Hal serupa juga dirasakan Supi (52). Ia juga sudah tak kerasan tinggal di pengungsian seadanya itu.
Hal serupa juga dirasakan Supi (52). Ia juga sudah tak kerasan tinggal di pengungsian seadanya itu.Memang setiap harinya para pengungsi mendapatkan kebutuhan makanan. Namun, lanjut Supi, kondisi pengungsian yang alakadarnya itu membuatnya tak betah.Kondisi pengungsian yang panas dan bocor saat hujan turun membuatnya sulit untuk tinggal di sana. Lebih lagi, ia juga harus mengurusi suaminya yang merupakan penyandang tunanetra.’’Perasaan sedih ndak bisa kerja kan jualan nasi. Ini buat kayak gini (bilik pengungsian, red) inisiatif sendiri. Tidak dibantu pemerintah dibuatkan tenda,’’ kata dia.Dikatakan Supi, di bangunan bekas Stasiun Juwana itu ada sekitar 50 orang yang mengungsi. Mereka mengungsi di sana lantaran tempat pengungsian di Balai Desa Doropayung sudah penuh.’’Ada sekitar 50 orang di sini. Aktivitas sehari-hari tidak bisa apa-apa,’’ tutur dia.Di ketahui, Desa Doropayung, Kecamatan Juwana kebanjiran sejak akhir Desember 2022 lalu. Ketinggian banjir di sana mencapai 1 meteran dan menggenangi sejumlah rumah warga.https://youtu.be/AgodbBKrG8QReporter: Umar HanafiEditor: Zulkifli Fahmi
Murianews, Pati – Banjir di Kabupaten Pati membuat sejumlah warga mengungsi. Salah satunya Kamisih (55), warga Desa Doropayung, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati.
Perempuan yang mengalami kelumpuhan pada kakinya itu terpaksa mengungsi di bangunan bekas Stasiun Juwana. Ia terpaksa mengungsi di tempat seadanya lantaran, pengungsian di balai desa setempat telah penuh.
Di sana, sejumlah warga yang mengungsi membuat bilik seadanya secara mandiri. Bilik seukuran 2 meter x 1,5 meter itu dibuat menggunakan kain dan banner.
Kamisih pun harus berjuang tinggal di sana dengan keterbatasannya. Beruntung, ada anak-anaknya yang turut mengungsi di sana.
Baca: Pantau Sungai Juwana Pati, Ganjar Geregetan Lihat Banyak Sampah
’’Kadang menangis sendiri. Di sini tidak kerasan. Di sini bersama anak. Di rumah ada 7 orang, semuanya mengungsi,’’ kata Kamisih.
Di tengah keterbatasannya itu, Kamisih tentu kesulitan melakukan aktivitas seperti buang air. Ia pun mengaku tak kerasan tinggal di sana.
Kamisih berharap ada penanganan dari pemerintah sehingga banjir segera surut. Dengan begitu, ia bisa kembali tinggal di rumahnya.
’’Kalau pipis, buang air besar repot. Kalau di rumah enak,’’ ujar dia sambil menahan tangis.
Hal serupa juga dirasakan Supi (52). Ia juga sudah tak kerasan tinggal di pengungsian seadanya itu.
Memang setiap harinya para pengungsi mendapatkan kebutuhan makanan. Namun, lanjut Supi, kondisi pengungsian yang alakadarnya itu membuatnya tak betah.
Kondisi pengungsian yang panas dan bocor saat hujan turun membuatnya sulit untuk tinggal di sana. Lebih lagi, ia juga harus mengurusi suaminya yang merupakan penyandang tunanetra.
’’Perasaan sedih ndak bisa kerja kan jualan nasi. Ini buat kayak gini (bilik pengungsian, red) inisiatif sendiri. Tidak dibantu pemerintah dibuatkan tenda,’’ kata dia.
Dikatakan Supi, di bangunan bekas Stasiun Juwana itu ada sekitar 50 orang yang mengungsi. Mereka mengungsi di sana lantaran tempat pengungsian di Balai Desa Doropayung sudah penuh.
’’Ada sekitar 50 orang di sini. Aktivitas sehari-hari tidak bisa apa-apa,’’ tutur dia.
Di ketahui, Desa Doropayung, Kecamatan Juwana kebanjiran sejak akhir Desember 2022 lalu. Ketinggian banjir di sana mencapai 1 meteran dan menggenangi sejumlah rumah warga.
https://youtu.be/AgodbBKrG8Q
Reporter: Umar Hanafi
Editor: Zulkifli Fahmi