, sebelum memberi makan bulus, warga bersama juru kunci dan tokoh masyarakat setempat membacakan doa terlebih dahulu. Setelah berdoa, kura-kura itu diberi makan ketupat.
Ketua Panitia Tradisi Bulusan Mursidi mengatakan pemberian makan bulus tersebut sebagai bentuk nguri-uri budaya. Kegiatan tersebut telah dilaksanakan setiap tahunnya.
”Kegiatan memberi makan bulus ini sebagai tradisi nguri-uri budaya. Setiap tahunnya dilaksanakan," katanya, Sabtu (29/4/2023).
Dia menambahkan, kegiatan memberi makan bulus itu tidak pernah absen dilaksanakan setiap tahunnya. Makanan yang diberikan berupa ketupat.
”Setiap ada orang yang punya hajat juga datang ke sini (makam Mbah Dudo, red) untuk memberi makan bulus dengan nasi atau telur," sambungnya.
Dia menambahkan, saat ini di area makam Mbah Dudo terdapat 15 ekor bulus. Jumlah itu termasuk bulus yang berukuran kecil.
Makna bulus sendiri berawal dari kisah Sunan Muria. Saat itu Sunan Muria menyabda seorang warga yang masih bekerja di sawah kendati hari sudah malam.Saat itu Sunan Muria menyeletuk warga tersebut mirip bulus karena masih bekerja di saat hari sudah malam.”Saat itu santri Mbah Dudo menjelang magrib masih menanam padi. Kemudian Mbah Sunan Muria nyeletuk seperti bulus, maka jadi bulus," ujarnya.
Dia berharap ke depannya Tradisi Bulusan dapat terus dilestarikan. Hal itu sebagai bentuk merawat tradisi. ”Harapan kami tradisi bulusan terus ada dan warga semakin solid dan bersinergi," imbuhnya. Editor: Ali Muntoha
Murianews, Kudus – Kirab Tradisi Bulusan di Dukuh Sumber, Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah digelar Sabtu (29/4/2023). Dalam Tradisi Bulusan itu, bulus atau kura-kura yang ada di kawasan Makam Mbah Dudo diberi makan ketupat.
Pengamatan
Murianews.com, sebelum memberi makan bulus, warga bersama juru kunci dan tokoh masyarakat setempat membacakan doa terlebih dahulu. Setelah berdoa, kura-kura itu diberi makan ketupat.
Ketua Panitia Tradisi Bulusan Mursidi mengatakan pemberian makan bulus tersebut sebagai bentuk nguri-uri budaya. Kegiatan tersebut telah dilaksanakan setiap tahunnya.
”Kegiatan memberi makan bulus ini sebagai tradisi nguri-uri budaya. Setiap tahunnya dilaksanakan," katanya, Sabtu (29/4/2023).
Dia menambahkan, kegiatan memberi makan bulus itu tidak pernah absen dilaksanakan setiap tahunnya. Makanan yang diberikan berupa ketupat.
”Setiap ada orang yang punya hajat juga datang ke sini (makam Mbah Dudo, red) untuk memberi makan bulus dengan nasi atau telur," sambungnya.
Baca: Kirab Tradisi Bulusan di Kudus Meriah
Dia menambahkan, saat ini di area makam Mbah Dudo terdapat 15 ekor bulus. Jumlah itu termasuk bulus yang berukuran kecil.
Makna bulus sendiri berawal dari kisah Sunan Muria. Saat itu Sunan Muria menyabda seorang warga yang masih bekerja di sawah kendati hari sudah malam.
Saat itu Sunan Muria menyeletuk warga tersebut mirip bulus karena masih bekerja di saat hari sudah malam.
”Saat itu santri Mbah Dudo menjelang magrib masih menanam padi. Kemudian Mbah Sunan Muria nyeletuk seperti bulus, maka jadi bulus," ujarnya.
Baca: Berkaitan dengan Sunan Muria, Begini Awal Mula Tradisi Bulusan di Kudus
Dia berharap ke depannya Tradisi Bulusan dapat terus dilestarikan. Hal itu sebagai bentuk merawat tradisi. ”Harapan kami tradisi bulusan terus ada dan warga semakin solid dan bersinergi," imbuhnya.
Editor: Ali Muntoha