Sabtu, 22 Maret 2025


MODERASI beragama dapat dimaknai sebagai cara pandang, sikap, dan perilaku beragama yang mengambil jalan tengah (tawasuth), seimbang (tawazun), dan toleran (tasamuh), serta  tidak ekstrem (tathorruf).

Sehingga ketika dilebur dalam toleransi berpuasa, yakni juga bagaimana orang bisa menghargai mereka yang tidak puasa.

Sebagai gambaran untuk memudahkan pengertian tentang cara pandang sikap dan perilaku ekstrem (tatharruf) dalam beragama bisa kita pinjam istilah ekstrem kanan dan ekstrem kiri.

Ekstrem kanan ketika menerima agama dengan cara pandang sikap dan perilaku secara tersurat / tekstual saja, tidak mau menggali makna yang tersirat/kontektual sehingga tidak menutup kemungkinan akan lahir generasi yang radikal.

Sedangkan ekstrem kiri yakni, saat  menerima agama dengan cara pandang sikap dan perilaku yang bebas sesuai tafsirnya sendiri dan tidak menggunakan kaidah kaidah tafsir sesuai makna yang tersirat dalam agama tersebut, sehingga memungkinkan muncul pemahaman beragama yang liberal.

Jadi yang dimoderasi adalah cara pandang sikap dan perilaku beragama (bukan Agama). Agama tidak perlu dimoderasi karena prinsip agama sudah moderat. Dan banyak ayat dalam Alquran yang mengajarkan agar kita mengambil jalan tengah (moderat) dalam melaksanakan praktek beragama.

Kata moderat yang merupakan terjemahan dari kalimah tawasuth/wasthiyah/wasathon ditemukan dalam beberapa ayat dalam Aquran, yaitu :

1). Surat al Baqoroh: 143

وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا ۗ


Dan  demikian  pula  Kami  telah  menjadikan  kamu  (umat Islam) ”umatan wasathon” (umat yang moderat/imbang/adil ) agar kamu  menjadi  saksi  atas  (perbuatan) manusia dan agar  Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu, ….

2). Surat al Baqoroh : 238

حَٰفِظُوا۟ عَلَى ٱلصَّلَوَٰتِ وَٱلصَّلَوٰةِ ٱلْوُسْطَىٰ وَقُومُوا۟ لِلَّهِ قَٰنِتِين


حَٰفِظُوا۟ عَلَى ٱلصَّلَوَٰتِ وَٱلصَّلَوٰةِ ٱلْوُسْطَىٰ وَقُومُوا۟ لِلَّهِ قَٰنِتِين

"Peliharalah semua salat(mu), dan (peliharalah) salat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam salatmu) dengan khusyu',"3). Surat al Qalam: 28

قَالَ اَوۡسَطُهُمۡ اَلَمۡ اَقُلۡ لَّكُمۡ لَوۡلَا تُسَبِّحُوۡنَ

Berkatalah seorang yang paling bijak di antara mereka, "Bukankah aku telah mengatakan kepadamu, mengapa kamu tidak bertasbih (kepada Tuhanmu)"Setidaknya, ada empat indikator cara pandang, sikap, dan perilaku beragama yang moderat. Seperti, komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan, hingga akomodatif/adaptif terhadap tradisi dan budaya lokal yang berkembang di masyarakat yang multi kultural.Dalam perintah puasa sendiri, juga harus kita terima dengan cara pandang, sikap, dan perilaku yang moderat. Perintah puasa bisa kita maknai sebagi perintah untuk bersikap toleran terhadap orang lain yang merupakan indikakasi dari moderasi beragama.Dalam puasa, semua orang tanpa pandang latar belakang harus menahan lapar dari subuh hingga magrib.Saat puasa juga orang Islam dituntut untuk sabar dan menghindari dosa, bahkan lebih baik tidur dari pada berbuat yang tidak baik. Hal tersebut mengajarkan bahwa sesungguhnya di mata Allah SWT, semua manusia sama. Sehingga tidak menuntut orang yang tidak puasa untuk menghargai kita yang berpuasa.Toleransi berarti yang puasa menghargai yang tidak puasa dan yang tidak puasa juga menghargai yang puasa. Toleransi adalah suatu interaksi dua arah. Bukan hanya menuntut untuk menghargai orang puasa saja, namun orang berpuasa juga harus menghargai mereka yang tidak puasa. Reporter: Yuda Auliya RahmanEditor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar

Terpopuler