Penyuluh Agama Diharap jadi Benteng Penghalau Radikalisme
Yuda Auliya Rahman
Rabu, 20 Juli 2022 20:12:47
MURIANEWS, Kudus – Para penyuluh agama di bawah Kementerian Agama (Kemenag) diharap bisa menjadi benteng yang melindungi masyarakat dari paham sesat, termasuk radikalisme dan terorisme.
Hal ini diungkapkan Kepala Unit Keamanan Khusus Satintelkam Polres Kudus Iptu Subkhan dalam dialog keberagamanan penguatan moderasi beragama bagi tokoh agama dan lembaga Forum Kerukunan Umat Bergama (FKUB) yang digelar Kemenag
Kudus di Hotel @home Kudus, Rabu (20/7/2022).
Ia mengatakan, penyuluh agama bisa menjadi salah satu ujung tombak pembentengan masyarakat dari pengaruh paham ataupun aliran yang menyesatkan berbalut agama. Termasuk di antaranya paham radikalisme dan terorisme.
Untuk itu, pihaknya mengajak agar penyuluh agama untuk kritis dalam melawan propaganda radikalisme di dunia nyata ataupun media sosial.
”Sejak awal bangsa ini penuh dengan pluratitas, perbedaan bukan untuk dibeda-bedakan apalagi untuk dipertentangkan. Tapi untuk dipertemukan dan di-Tunggal Ika-kan. Masing-masing memiliki potensi, kreasi, kearifan serta karakter yang bisa disandingkan, dikembangkan, dan disumbangkan demi terwujudnya kemanusiaan yang adil dan beradab," katanya, Rabu (20/7/2022).
Baca: Santri Kudus Diminta Berperan Cegah RadikalismeSecara prinsip, sambung dia, pencegahan radikalisme dan terorisme itu berbeda. Menurutnya, pencegahan aksi teror dilakukan dengan penegakan hukum.
Secara prinsip, sambung dia, pencegahan radikalisme dan terorisme itu berbeda. Menurutnya, pencegahan aksi teror dilakukan dengan penegakan hukum.Sedangkan pencegahan penyebab yaitu radikalisme dilakukan dengan deradikal menyasar ke orang-orang yang sudah terpapar, menjadi simpatisan dan berpaham radikal serta menjadi pelaku teror."Kontra radikal ditujukan kepada masyarakat pada umumnya yang belum terpapar, menjadi simpatisan dan berpaham radikal ataupun pelaku teror. Dengan mengetahui target sasarannya maka diharapkan akan bisa menyiapkan materi dan strategi yang satu frekuensi sehingga mudah untuk diterima," ucapnya.Lebih lanjut, Ia menjelaskan, pelaku radikalisme yang dulu bergerak dengan senyap, sekarang justru memanfaatkan kemajuan teknologi untuk secara gamblang melakukan propaganda ideologi, perekrutan, hingga penggalangan dana. Konten radikalisme saat ini juga banyak bertebaran di media sosial."Oleh karena itu, menyelamatkan bangsa dari aksi terorisme sejalan dengan pentingnya menyelamatkan anak bangsa dari virus dan doktrin intoleransi, kebencian, dan ajakan kekerasan serta paham radikal yang bisa menyasar siapa pun dan di mana pun," ungkapnya. Reporter: Yuda Auliya RahmanEditor: Ali Muntoha
[caption id="attachment_303242" align="alignleft" width="1280"]

Iptu Subkhan saat menjadi narasumber dialog keberagaman penguatan moderasi beragama. (Murianews/Istimewa)[/caption]
MURIANEWS, Kudus – Para penyuluh agama di bawah Kementerian Agama (Kemenag) diharap bisa menjadi benteng yang melindungi masyarakat dari paham sesat, termasuk radikalisme dan terorisme.
Hal ini diungkapkan Kepala Unit Keamanan Khusus Satintelkam Polres Kudus Iptu Subkhan dalam dialog keberagamanan penguatan moderasi beragama bagi tokoh agama dan lembaga Forum Kerukunan Umat Bergama (FKUB) yang digelar Kemenag
Kudus di Hotel @home Kudus, Rabu (20/7/2022).
Ia mengatakan, penyuluh agama bisa menjadi salah satu ujung tombak pembentengan masyarakat dari pengaruh paham ataupun aliran yang menyesatkan berbalut agama. Termasuk di antaranya paham radikalisme dan terorisme.
Untuk itu, pihaknya mengajak agar penyuluh agama untuk kritis dalam melawan propaganda radikalisme di dunia nyata ataupun media sosial.
”Sejak awal bangsa ini penuh dengan pluratitas, perbedaan bukan untuk dibeda-bedakan apalagi untuk dipertentangkan. Tapi untuk dipertemukan dan di-Tunggal Ika-kan. Masing-masing memiliki potensi, kreasi, kearifan serta karakter yang bisa disandingkan, dikembangkan, dan disumbangkan demi terwujudnya kemanusiaan yang adil dan beradab," katanya, Rabu (20/7/2022).
Baca: Santri Kudus Diminta Berperan Cegah Radikalisme
Secara prinsip, sambung dia, pencegahan radikalisme dan terorisme itu berbeda. Menurutnya, pencegahan aksi teror dilakukan dengan penegakan hukum.
Sedangkan pencegahan penyebab yaitu radikalisme dilakukan dengan deradikal menyasar ke orang-orang yang sudah terpapar, menjadi simpatisan dan berpaham radikal serta menjadi pelaku teror.
"Kontra radikal ditujukan kepada masyarakat pada umumnya yang belum terpapar, menjadi simpatisan dan berpaham radikal ataupun pelaku teror. Dengan mengetahui target sasarannya maka diharapkan akan bisa menyiapkan materi dan strategi yang satu frekuensi sehingga mudah untuk diterima," ucapnya.
Lebih lanjut, Ia menjelaskan, pelaku radikalisme yang dulu bergerak dengan senyap, sekarang justru memanfaatkan kemajuan teknologi untuk secara gamblang melakukan propaganda ideologi, perekrutan, hingga penggalangan dana. Konten radikalisme saat ini juga banyak bertebaran di media sosial.
"Oleh karena itu, menyelamatkan bangsa dari aksi terorisme sejalan dengan pentingnya menyelamatkan anak bangsa dari virus dan doktrin intoleransi, kebencian, dan ajakan kekerasan serta paham radikal yang bisa menyasar siapa pun dan di mana pun," ungkapnya.
Reporter: Yuda Auliya Rahman
Editor: Ali Muntoha